IDENTITAS BUKU
Katharine McGregor, Ketika Sejarah Berseragam: Membongkar Ideologi Militer dalam Menyusun Sejarah Indonesia, Syarikat, Tahun terbit: 2008, xxvii + 459 hal.
Katharine McGregor mampu menyajikan satu tulisan menarik dari sudut pandang sejarawan pada umumnya. Terlihat dari judul buku ini, McGregor berusaha untuk menyampaikan perspektif yang berbeda dalam suatu kajian yang penting dalam melihat, khususnya, historiografi Sejarah Indonesia, yang diwarnai oleh kekuasaan dan kepentingan militer.
McGregor berusaha menampilkan pelbagai alternatif dalam "pertunjukan" kekuasaan yang dilakukan dari masa ke masa. Pertunjukan tersebut yang kemudian menarik untuk diulas dalam Historiografi Sejarah Indonesia yang dibahas secara unik dan lugas oleh McGregor.
Pada bagian pendahuluan, McGregor membawa kita untuk membuka cakrawala pemikiran kita agar tidak terkungkung dalam retorika sejarah yang sengaja dibentuk oleh rezim. McGregor membawa kita untuk membuka persepektif baru dalam mengritisi sejarah-sejarah yang selalu dianggap "borok" bagi tubuh nasionalisme. McGregor membangunkan kita agar tidak tidak terlelap dalam fakta-fakta yang ditutupi oleh rezim Orde Baru yang lekat dengan kekuasaan dan militanisme.
Beranjak menuju BAB I, kita akan disuguhkan dengan gambaran bahwa sejarah merupakan satu alat pelanggengan kekuasaan yang mujarab dalam suatu pemerintahan. Terlebih kita akan ditunjukkan bagaimana peran sejarah yang begitu masif dalam legitimasi para penguasa.
Bagi para penguasa yang otoriter, seperti yang digambarkan dalam buku ini adalah Jepang, yang berusaha menggunakan sejarah sebagai alat untuk menyampaikan suatu "nilai-nilai" yang diatur oleh pemerintah dalam Perang Dunia II.
Tak beda jauh dengan yang terjadi pada masa pemerintahan Orde Baru. Di mana pemerintah seakan bertindak sebagai pahlawan di dalamnya. Tetapi selama ini masyarakat masih dibungkam mengenai fakta-fakta yang ada. Pada bab ini juga mulai disebutkan satu tokoh, yaitu Nugroho Notosusanto.
BAB II kita dituntun untuk mengenal lebih dalam sosok Nugroho Notosusanto. Ia yang dianggap telah berperan dalam penulisan sejarah khas Orde Baru. Dalam pembahasan ini, McGregor memfokuskan sosok Nugroho hingga era Demokrasi Terpimpin. Ia menjalankan proyek militer pertamanya saat ditunjuk oleh Jendral Nasution, proyek tersebut yaitu Sedjarah Singkat Perdjuangan Bersendjata Bangsa Indonesia.
Nugroho digambarkan sebagai sosok yang mudah menjalin hubungan dengan baik dengan siapapun. Ia merupakan sosok yang kritis dan mempunyai pola pemikiran seperti Soeharto dan Nasution.
Kemudian pada BAB III dijelaskan secara gamblang bagaimana Orde Baru menggunakan sejarah sebagai modal utama dalam melegitimasi kekuasaan. Soeharto sebagai pemimpin tertinggi dalam Orde Baru memiliki kekuatan yang tangguh dalam status kemiliteran. Hingga tentu saja pada masa Orde Baru, corak pemerintahan militan dan otoriter tergambar dengan jelas yang kemudian membawa Orde Baru dan militer lekat dalam ingatan sejarah.
Pada BAB IV, sebagai komparasi dan gambaran umum, McGregor memberikan kilas balik mengenai perpecahan militer sebelum Orde Baru menduduki puncak kekuasaannya.