Mohon tunggu...
Prikenang Prasty Suyudiy
Prikenang Prasty Suyudiy Mohon Tunggu... -

Asli Blitar. Walau lahir di Madiun dan besar di Kupang. Akan tetapi, saat ini sedang menempuh studi di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Etika dalam Media, Paham kah Anda?

16 November 2014   01:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:43 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bagi generasi muda masa kini, tak banyak yang mengerti tentang kelamnya Indonesia di masa lampau. Bayangkan saja, selama lebih dari 30 tahun Bangsa Indonesia dikekang oleh tirani tunggal. Sebenarnya kondisi tersebut bukan hal yang baru. Bahkan Indonesia pernah mengalami masa pemerintahan Presidensiil, dimana kekuasaan tertinggi ada pada Presiden. Namun, pasca pengumuman kebebasan publik yang ditandai dengan tergulingnya orde baru bertahun-tahun silam, hingar-bingar suka cita masyarakat masih terasa hingga saat ini.

Berbicara mengenai media, merupakan sebuah perjalanan panjang penuh perjuangan. Pada era pra kemerdekaan, media gencar digunakan sebagai sarana untuk mengritik kebijakan kolonialisme bangsa penjajah. Melangkah kembali ke depan ke era kemerdekaan, rupanya media tetap konsisten berada di posisi penting dengan menjadi titik penyebaran informasi kemerdekaan Indonesia melalui radio dan surat kabar. Hal ini bermaksud untuk memperoleh pengakuan kedaulatan Indonesia terhadap negara-negara lain di dunia. Namun menapaki era orde baru, media seakan dibungkam rapat. Banyak wartawan penyeru kritik terhadap pemerintahan yang lenyap tanpa jejak. Seluruh lini informasi masyarakat di monopoli dan dipaksa bungkam dan pura-pura buta terhadap berbagai kebijakan pemerintahan pada masa itu.

Kini, menapaki era reformasi, kebebasan kembali diraih oleh masyarakat Indonesia. Bahkan, euforia kemenangan public, atas pengekangan orde baru, kini masih sangat terasa. Ramai masyarakat menyuarakan aspirasinya melalui berbagai media yang ada. Mulai dari turun ke jalan hingga permainan jari-jari di atas keyboard gadget masing-masing. Akan tetapi, kondisi ini seketika menjadi krusial melihat partisipasi masyarakat dalam menyuarakan opininya terkesan “tidak terkendali”. Berbagai kasus yang berkaitan dengan penyalahgunaan media telah sering kita dengar. Mulai dari olok-olok secara verbal, tulisan-tulisan provokatif tersirat maupun tersurat, hingga gambar-gambar yang diciptakan (biasanya karikatur) untuk mewakili kritikannya.

Pada masa sekarang ini, hak berbicara dan beropini masyarakat semakin diperluas. Apalagi teknologi yang mendukung keras pembeberan berbagai macam informasi, mulai dari yang aktual hingga yang abal-abal. Namun, ada pertentangan ketika membicarakan tentang etika dalam berkomunikasi.

Etika dalam menggunakan media mungkin perlu dipertegas kembali, mengingat banyak masyarakat yang kurang memaknai sehingga menghambat perkembangan media itu sendiri. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beretika, bukan? Sudah seharusnya etika melekat pada masyarakat Indonesia. Dengan melihat kondisi yang terjadi saat ini, seperti apakah konsep “etika” yang dipahami oleh masyarakat Indonesia?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun