Lalu berapa ratus juta proyek yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah. Apakah sudah tepat sasaran? Ada info yang menyakitkan hati. Â Ketika teman guru mengatakan, bahwa terdapat suatu sekolah yang mengalami kebingungan dalam membagi pos-pos bantuan dari pemerintah pusat untuk kegiatan pendidikan. Belum lagi laporan kegiatan RSBI banyak yang fiktif.
Belum lagi Bahasa Inggris menjadi wajib  dalam penyampian belajar mengajar. Tolok ukurnya apa? Belum ada suatu penelitian yang membuktikan bahwa hasil dari lulusannya justru dapat menyumbangkan pembangunan bagi bangsa dan negara.
Wajibnya penggunaan Bahasa Inggris dalam proses belajar mengajar, justru akan melahirkan budaya global yang tidak berkepribadian. Â Hal ini terbukti banyak alumni dari sekolah-sekolah yang sekaliber RSBI, mereka lebih suka bekerja di luar negeri daripada di dalam negeri. Apakah pemerintah menyadari bahwa dengan kemampuan Bahasa Inggris akan berdampak negatif terhadap menurunnya nilai-nilai karakter bangsa? Mengapa pemerintah tidak mau belajar dari Jepang dan Korea? Â Mengapa kiblat pendidikan justru ke Amerika Serikat?
Dan jangan menyesal bangsa yang besar ini akan kehilangan generasi potensial...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H