Korea Utara menyatakan siap meluncurkan tiga satelit mata-mata baru, membangun drone tempur, serta memperkuat senjata nuklirnya di tahun 2024. Pemerintah Kim Jong Un percaya bahwa perang tidak dapat dihindari.
Kantor media resmi Korea Utara, KCNA, pada hari Minggu (31/1) juga melaporkan bahwa Kim menyalahkan kebijakan AS yang membuat perang semakin dekat.
"Karena tindakan nekat musuh yang menyerang kita, sudah menjadi kenyataan bahwa perang bisa pecah kapan saja di semenanjung Korea," kata Kim.
Dalam sambutan panjang yang mengakhiri pertemuan partai berkuasa selama lima hari, Kim turut memerintahkan militer Korea Utara untuk menjinakkan seluruh wilayah Korea Selatan, termasuk dengan dengan bom nuklir jika perlu.
Laporan terbaru dari KCNA itu jelas langsung mendapatkan perhatian serius dari Korea Selatan. Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengutuk rencana tetangganya itu yang ingin melanjutkan ambisi nuklirnya.
"Jika Korea Utara mencoba menggunakan senjata nuklir untuk melawan kita, kita akan membalas secara besar-besaran dengan memanfaatkan secara dramatis, memperkuat kemampuan pencegahan aliansi Korea Selatan-AS, dan rezim Kim Jong-Un akan menghadapi kehancurannya," kata pihak kementerian.
Sejalan dengan itu, Kementerian Unifikasi Korea Selatan mengatakan bahwa provokasi lebih lanjut selalu mungkin dilakukan untuk menyoroti kehadiran Korea Utara menjelang pemilihan presiden AS.
"Korea Utara dapat mempertahankan sikap kerasnya terhadap AS dan solidaritas anti-Amerika, anti-imperialis, dan pada saat yang sama juga mencari peluang untuk membalikkan keadaan," ungkap Kementerian Unifikasi.
Kehadiran Militer AS Semakin Intens
AS telah meningkatkan latihan dan mengerahkan lebih banyak aset militer, termasuk kapal selam bersenjata nuklir dan kapal induk besar di dekat semenanjung Korea.
Bagi Kim Jong Un, hadirnya armada militer AS itu telah sepenuhnya mengubah Korea Selatan menjadi pangkalan militer terdepan dan persenjataan nuklir AS.