Mohon tunggu...
Prietaricca RI
Prietaricca RI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Agribisnis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Halo, saya Prietaricca Renata Istiqomah, seorang mahasiswi S1 di jurusan Agribisnis di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Sebagai bagian dari generasi muda, saya merasa penting untuk selalu sadar akan perubahan dan mengikuti perkembangan zaman. Hal ini mendorong saya untuk gemar membaca berita dan informasi terbaru, baik melalui media sosial maupun platform media lainnya. Dengan mengikuti berita terkini, saya merasa memiliki pemahaman yang lebih luas tentang berbagai isu global dan lokal, serta lebih terhubung dengan dunia sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Terkena Serangan Hama Keong, Petani Desa Piniis Manfaatkan untuk Pakan Ternak Lele

23 Juni 2024   16:00 Diperbarui: 23 Juni 2024   16:08 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desa Piniis, Kecamatan Koroncong

Desa Piniis, Pandeglang – Serangan hama keong yang melanda lahan pertanian di Desa Piniis, Kecamatan Koroncong, membuat para petani setempat kewalahan. Hama keong ini tidak hanya merusak tanaman padi, tetapi juga mengancam keberlanjutan mata pencaharian mereka. Namun, dalam situasi sulit tersebut, para petani menemukan solusi cerdas dengan memanfaatkan hama keong sebagai pakan alternatif untuk ternak lele, mengubah tantangan menjadi peluang.

Pak Muti, salah satu petani di desa tersebut, menceritakan bahwa awalnya serangan keong ini menyebabkan penurunan hasil panen. "Kami sempat bingung bagaimana cara mengatasi hama keong ini tanpa merusak ekosistem, dan kami berharap bisa menghasilkan penghasilan baru dari situasi ini," ungkapnya.


Melalui diskusi dengan beberapa petani setempat, muncul ide inovatif untuk menjadikan keong sebagai pakan ikan lele. Keong yang sebelumnya dianggap sebagai musuh yang merugikan, kini dikumpulkan dan diolah menjadi pakan bergizi tinggi untuk lele mereka. "Ternyata, hama keong ini tidak terlalu buruk. Kami dapat menghemat biaya pakan sekaligus mengurangi populasi hama di sawah. Keong pun sangat baik untuk pertumbuhan lele," tambah Pak Muti, menjelaskan manfaat ganda dari pendekatan ini.

Dengan ide cemerlang ini, para petani tidak hanya berhasil mengatasi masalah hama keong, tetapi juga membuka peluang usaha baru. Ternak lele mereka berkembang dengan baik, menghasilkan tambahan pendapatan. "Sebelumnya, kami harus mengeluarkan biaya besar untuk pakan ikan. Sekarang, dengan menggunakan keong, biaya tersebut bisa ditekan, dan hasilnya lebih menguntungkan," jelas Pak Muti.

Program ini menunjukkan bagaimana kreativitas dan inovasi dapat mengubah tantangan menjadi peluang, memberikan harapan baru bagi para petani dalam menghadapi ancaman hama keong. Keberhasilan ini juga memberikan inspirasi bagi komunitas pertanian lainnya untuk menemukan solusi lokal terhadap masalah yang mereka hadapi. Dengan demikian, Desa Piniis tidak hanya bertahan dari serangan hama, tetapi juga berkembang lebih kuat dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara maksimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun