Mohon tunggu...
Priesda Dhita Melinda
Priesda Dhita Melinda Mohon Tunggu... Guru - Ibu dari 2 orang anak perempuan dan juga seorang guru yang ingin terus belajar

Contact : 08992255429 / email : priesda@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ingin Anak Mandiri dan Percaya Diri ? Siap-siap akan Hal Ini

4 Juli 2019   21:33 Diperbarui: 4 Juli 2019   21:40 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orangtua mana sih yang nggak mau kalau anaknya mandiri, pastilah semuanya mau. Termasuk aku tentunya. Aku dan ayah Nadine sepakat untuk membentuk Nadine menjadi anak yang mandiri, percaya diri dan bertanggung jawab atas apa pilihannya. Duh, kayaknya berat amat ya. Hmm.. tapi untuk mewujudkannya nggak seberat tujuannya kok.

Seperti orang tua pada umumnya, aku membiarkan Nadine untuk melakukan apa yang dia mau, selama itu nggak melanggar norma dan berbahaya ya. Kalau sekiranya berbahaya (misalnya panjat-panjat jendela atau tempat yang tinggi), tetap boleh dilakukan asalkan dengan pendampingan ya.

Biasanya sih aku jagain Nadine dari bawah untuk memastikan dia aman. Kalau untuk hal ini yang lebih panik ayah Nadine, aku sih santai aja, soalnya aku tahu ini baik untuk perkembangan motorik kasarnya.

Mengizinkan Nadine untuk "membantu" pekerjaan yang sedang aku lakukan, terutama untuk pekerjaan rumah ya. Nadine paling senang "bantu" aku waktu ngepel. Dia semangat sekali pegang alat pel dan maunya dia aja yang ngepel. Okelah, demi supaya Nadine senang, aku biarkan dia melakukannya.

Selain aku, utinya juga kalau masak pasti Nadine ikutan deh. Entah yang buat adonan, cuci sayuran, aduk mengaduk, pokoknya Nadine suka. Ini pun diizinkan uti, tapi tetap ya dalam batasan tertentu.

Aku sih berpikirnya gini ya, kalau kita larang anak melakukan sesuatu apalagi sampai bilang, "udah biar mama aja, kamu masih kecil", duuuhh..nanti dia punya mindset "oke, kalau gitu aku nggak mau ngerjain itu".

Nah bahayanya, anak menjadi tidak percaya diri untuk melakukan sesuatu. Membuat anak percaya diri sebenarnya gampang sih, tinggal berikan saja kesempatan kepadanya untuk melakukan apa yang dia mau. Tapi ingat ya tetap ada batasan-batasannya. Memang sih resiko membiarkan anak "membantu" pekerjaan, bukannya mempercepat malah memperlambat selesainya pekerjaan dan hasilnya juga nggak maksimal. Tapi, kalau menurutku ya nggak apa-apa, karena tujuannya adalah membuat anak percaya diri.

Selain membiarkan Nadine untuk membantu, aku juga membiarkan Nadine untuk memilih. Yang paling mudah sih memilih baju, sandal, sabun dan hal-hal yang akan dia pakai.

Setiap mau pakai baju, aku selalu bilang "hmm...mau pakai baju mana ya?". Kalau dulu masih bayi dan belum bisa ngomong, ya Nadine diam aja.

Tapi pas udah bisa ngomong biasanya sih Nadine langsung jawab baju kesukaannya. Baju kesukaannya itu akan dipakai berulang kali, istilahnya Mbah Ringgo yaitu kumbah, garing, dinggo yang artinya cuci, kering, pakai lagi. Sampai si baju warna dan gambarnya pudar.

Aku rasa semua anak begitu ya, karena kalau aku sharing dengan teman-temanku ya anaknya begitu juga. Kalau ingat kejadian itu jadi gemas-gemas gimana gitu ya.

Tapi, bersyukurnya dengan keadaan yang  seperti ini, sebenarnya anak dilatih untuk membuat keputusan dan memilih. Lagi-lagi ini akan meningkatkan kepercayaan dirinya, karena anak diberikan kesempatan.

Memang resikonya, baju yang dipakai itu-itu saja, baju yang lain nggak dipakai, nggak jarang juga kejadian ini menimbulkan "peperangan" antara ibu dan anak. Karena si ibu maunya itu, anak maunya ini. Aaaahh... Aku sama Nadine banget ini sih, tapi tetap Nadine yang menang.

Itu tadi dalam hal memilih, selanjutnya dalam melakukan sesuatu semuanya sendiri. Baik itu makan, mandi, pakai sepatu, pakai baju. Yap, Nadine kadang-kadang mau melakukan hal itu sendiri. Kalau makan sih memang dari umur 1 tahun (sekarang Nadine umur 3 tahun), udah bisa makan sendiri. Sering juga kok masih disuapin, tapi Nadine sudah makan sendiri.

Dari yang awalnya kalau makan berantakan pakai banget, kayaknya sih lebih banyak yang tumpah ke lantai atau meja dibanding yang masuk ke mulut. Tapi ya sudahlah nasi yang berantakan bisa diberesin, kalau masih belum kenyang, kasih makan lagi. Hasil yang berantakan itu akhirnya sekarang berbuah manis, bukan nggak berantakan lagi sih makannya, tapi sudah mulai berkurang berantakannya.

Bahkan kadang sudah rapi makannya, kalau berkuah masih sering tumpah-tumpah di meja sih, tapi sama Nadine mejanya dilap pakai tisu. Jadi kalau Nadine lagi makan, dia akan minta tisu. Bukan untuk lap mulut, tapi untuk lap meja, kadang malah satu tisu untuk lap meja dan mulut. Aku cuma bisa menghela nafas aja. Aku kasih tau sih, kalau sudah untuk meja jangan untuk lap mulut. Berhasil?

Kadang berhasil kadang nggak, ya sudahlah, tutup mata saja untuk hal ini. Tetap harus ambil positifnya yaitu Nadine jadi bisa makan sendiri dan mengerti meja yang dia buat kotor harus dibersihkan.

Nggak cuma makan aja yang maunya sendiri, pernah suatu hari dia mau mandi sendiri. Dia masuk ke kamar mandi dan pintunya ditutup (nggak dikunci kok, hehe), aku nggak boleh masuk ke kamar mandi, katanya waktu itu "mama di luar aja, Nadine malu. Nadine kan udah gede, jadi mau mandi sendiri".

Awalnya ya nggak percaya dong sama anak 3 tahun mandi sendiri, entah apa jadinya itu badan. Tapi ya sudahlah, lagi-lagi beri kesempatan dan kepercayaan untuk Nadine. Ehhh... Nggak lama dia panggil aku, aku kira dia menyerah ternyata bukan, dia cuma minta tolong keluarin odol. Dia bisa kok gosok gigi sendiri, meskipun hasilnya ya gitulah yaa...

Setelah kasih odol, dia nyuruh aku keluar lagi. Aku tunggu di dapur, sekitar 10 menit kemudian dia keluar dan minta handuk. Karena aku belum yakin, aku minta untuk balik lagi ke kamar mandi dengan bilang "mama cek dulu ya", untungnya dia nurut, pas balik ke kamar mandi, air satu ember besar abis dong. Hahahaha.. ternyata dia mandinya beneran, bener-bener ngabisin air maksudnya.

Dia nggak mau aku ulang untuk sabunan lagi karena dia bilang sudah sabunan. Aaahhh.. ya sudahlah ya, yang penting dia mandi. Dari kejadian ini aku tetap ambil positifnya kok, yaitu Nadine bisa mandi sendiri. Kalau sekarang, masih aku mandiin dan malah dia nggak mau mandi. Hadeehhh...

Kalau pakai baju, pada dasarnya Nadine sudah bisa pakai baju sendiri, terutama kaos yang bergambar. Dia tahu mana yang bagian depan dan belakang, meskipun kadang dia salah masuk lubang, lubang kepala jadi satu dengan lubang tangan. Tapi ya sering juga sudah benar pakainya. Pakai celana juga udah bisa kok, meskipun belum rapi ya.

O ya, dia juga udah bisa ambil baju sendiri di lemari, jadi ya lemari dia acak-acakan sudah hal yang biasa. Bikin gemesss sih ya, tapiiii positifnya Nadine sudah bisa mandiri.

Untuk menata rambut, Nadine juga sudah bisa menentukan mau dikucir atau dikepang, mau dikucir berapa dan dikepang seperti apa. Kadang juga maunya pakai bando aja, jadi dia sisiran sendiri terus pakai bandonya deh.

Yang bikin gemes lagi tuh kalau mau pergi, udah buru-buru si Nadine maunya pakai sepatu sendiri. Jadi ya sudah aku dan ayah Nadine tarik nafas dalam-dalam aja dan sabaaaar nunggu Nadine pakai kaos kaki dan sepatu. Meskipun sebenarnya semakin Nadine lama menyelesaikannya semakin lama berangkat dan kemungkinan telat semakin besar.

Tapi dari keadaan ini, aku dan ayah Nadine berusaha untuk persiapan lebih lama, jadi kalau Nadine maunya semua serba sendiri, kami nggak akan terlambat.

Oke, jadi kesimpulan dari cerita-cerita Nadine di atas adalah selalu mengambil sisi positif dari hal-hal yang dilakukan anak. Berikan dia kesempatan, waktu dan ruang untuk melakukan semua sendiri memilih yang dia mau atau suka termasuk makanan ataupun mainannya. Kita sebagai orang tua harus lebih sabar dan santai aja.

O ya, jangan pasang target terlalu tinggi juga untuk anak, nanti yang ada kita stres dan anak pun jadi stres kalau target nggak tercapai. Intinya sih enjoy saja dengan semua perkembangan anak dan pastikan semua tahap perkembangan terlewati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun