Mohon tunggu...
Priesda Dhita Melinda
Priesda Dhita Melinda Mohon Tunggu... Guru - Ibu dari 2 orang anak perempuan dan juga seorang guru yang ingin terus belajar

Contact : 08992255429 / email : priesda@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Temani Mama Berjuang Ya, Nak

24 September 2018   18:37 Diperbarui: 24 September 2018   18:50 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini tepat 32 hari aku berpisah dengan Nadine. Lautan yang memisahkan pulau di antara kami, hanya lewat telepon dan video call yang menyambungkan kembali. Tapi aku tak bisa menyentuhnya.

Rindu. Itu sudah pasti, semakin ke sini semakin dalam rinduku. Kadang pikiranku mulai tak logis dan menghayal, berfantasi, mengharapkan sesuatu yang mustahil. Yap, aku ingin punya pintu ajaibnya Doraemon, biar kapan pun aku mau bisa mengunjungi Nadine dan memeluknya.

Apalagi hari ini, saat di gereja tadi aku lihat anak perempuan seumuran Nadine berjalan di depanku, anak itu digandeng mamanya. Mamanya bawa tas besar, yang sudah bisa aku pastikan isinya baju, diapers, tisu kering, tisu basah, susu, cemilan, makanan, dan lain-lain, yang pasti barang mamanya cuma sedikit. Karena aku pun begitu saat pergi dengan Nadine. Aaahh...

Aku rindu pergi dengan bawaan yang banyak, tas yang menggembung karena isinya yang penuh. Aku rindu ditangisi saat aku lagi pipis di kamar mandi, jadi aku harus cepat-cepat keluar. Aku rindu diikuti kemana aja aku pergi. Aku rindu Nadine ngerengek minta gendong. Aku rindu Nadine lari menghampiri aku karena dia nggak mau digendong orang lain. Aku rindu sekali.

Saat di rumah, aku rindu mengejar-ngejar Nadine atau merayu Nadine untuk mandi, main air dengannya, ditangisi saat aku mandi, aku rindu saat Nadine merengek minta ikut aku mandi padahal dia sudah mandi, aku rindu diganggu saat aku harus mengerjakan tugas sekolah.

Aku rindu saat main-main sama Nadine sebelum tidur, aku rindu memeluk dan menciuminya saat Nadine tidur, aku rindu bercerita dengan Nadine meskipun kadang Nadine nggak peduli, aku rindu. Rindu semua hal yang aku lakukan dengan Nadine.

Di sini, aku hanya bisa melihat dan menahan sakit ditenggorokanku karena aku tak mau menangis. Aku tak mau orang lain melihat aku sedih dan menangis. Aku tak mau baper. Tapi itu hanya keinginan. Kenyataannya aku baper, aku nangis, aku sedih. Aku tak tahan seperti ini.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Terkadang saat sedang sendiri di kamar, pikiran dan hati kembali rindu pada orang di rumah sana. Tak jarang juga air mata menetes saat melihat foto atau video Nadine. Tapi aku merenung untuk merefleksikan diri bahwa aku tak boleh terlalu larut dalam kesedihan ini. Di sini aku sedang berjuang menggapai mimpi untuk kesejahteraan keluarga.

Begitu juga ayah dan Nadine untuk berjuang. Intinya keluargaku sedang berjuang. Aku di sini berjuang dengan belajar, latihan, membaca buku, mengerjakan tugas-tugas yang seabrek. Suamiku berjuang untuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga, termasuk kebutuhan aku selama di Bandung. 

Tak jarang dia harus pulang malam demi bisa mengirim uang untukku. Nadine, Yap dia juga berjuang untuk bisa hidup mandiri tanpa mamanya. Dia harus menjadi dewasa, walaupun belum saatnya. Dia harus bisa sabar dan menahan rindu saat melihat temannya main ataupun digendong mamanya. Memang sih Nadine belum bisa bilang seperti ini, tapi aku yakin di dalam hatinya, dia merindukanku, sama seperti aku di sini.

Ibu, bapak dan Tante Nadine juga ikut menemani perjuanganku. Karena mereka harus menjaga Nadine, menghibur Nadine dan mengalihkan perhatian Nadine saat Nadine mulai menanyakan aku.

Sempat beberapa kali Nadine terbangun dan mengigau panggil-panggil mama. Jangan tanya perasaanku mendengar hal ini, karena sudah pasti sakit. Rasanya aku ingin terbang ke sana. Andai tanganku bisa berubah menjadi sayap (tuuhh..kan ngayal lagi).

Nadine, memang dari dulu dia selalu menemani perjuanganku dan suamiku. Dari hamil, kami bertiga harus berjuang menggapai mimpi. Dulu, saat hamil besar Nadine menemaniku lembur untuk bekerja, Yap menemaniku dari dalam perut. Sekarang, dia juga menemaniku menggapai mimpiku yang lain.

Nadine, terima kasih ya sayang, sudah menemani perjuangan mama dan ayah. Doakan mama ya nak, supaya mama bisa melakukan yang terbaik untuk keluarga kita. Percayalah, suatu saat nanti kita akan menikmati hasil dari perjuangan kita ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun