Baru 3 hari di Bandung dan berpisah dengan Nadine rasanya sudah lama sekali. Padahal perjalanan panjang masih baru akan dimulai. PPG (pendidikan profesi guru) ini adalah benar-benar perjuangan untuk saya dan teman-teman terutama bagi yang sudah memiliki anak.
Perjuangan yang membutuhkan pengorbanan yang besar untuk mencapai sesuatu yang besar juga ini harus dihadapi dan dijalani. Kami para ibu pejuang PPG harus semangat, jangan sampai pengorbanan besar ini sia-sia begitu saja.
Bohong kalau tidak rindu, bohong kalau tidak sedih dan bohong kalau tidak galau. Tapi semua itu harus dialihkan, Yap dialihkan, karena rasa itu tak bisa dihilangkan. Pengalihan rasa yang tak menyenangkan itu dengan tertawa bersama, berkunjung ke tempat wisata atau melakukan hal-hal yang menyenangkan.Â
Setidaknya itu yang saya lakukan dengan teman-teman di sini. Tapi tetap ya, rasa rindu itu sering menyerang. Jadi telpon dan video call setiap hari untuk mengurangi rasa rindu, meskipun setelah itu menangis dipojok kamar karena rindu itu memang benar-benar berat. Apalagi kalau anak yang ditelpon itu nangis. Haduuuhh... Rasanya pengen pulang. Tapi itu tadi kalau pulang dan menyerah dengan keadaan, semua ini akan sia-sia.
Bicara soal naluri dan ibu, di sini saya benar-benar merasakannya. Dulu sebelum jadi ibu saya tak terlalu merasakan seperti ini, tapi setelah menjadi ibu saya benar-benar merasakan. Memang benar ibu bisa merasakan apa yang dirasakan anak dan dipikirkan anak, tapi anak belum tentu begitu semakin dia dewasa. Lain halnya jika anak masih kecil, nalurinya masih menyatu dengan ibunya.
Memang benar apa yang dikatakan orang-orang, saat ibu dan anak berjauhan maka naluri mereka akan jalan dengan baik. Contoh, ketika si ibu gelisah dan mulai kangen dengan anak maka si anak akan rewel, tetapi sebaliknya jika si ibu tenang-tenang saja maka anaknya juga tenang. Hal ini yang sedang saya rasakan dan alami. Saat saya merasa rindu seperti ini, Nadine akan rewel dan mengajak ibu saya untuk menjemput saya.Â
Tetapi ketika saya biasa saja maka Nadine juga biasa saja. Hmm...percaya nggak percaya sih, tapi memang itulah kenyataannya. Ini benar-benar yang saya rasakan. Sebenarnya bukan hanya saya, tetapi juga teman-teman saya juga begitu. Katanya sih nggak usah telpon-telponan atau video call karena itu justru lebih membuat rindu, tapi terkadang hati ini tak tahan untuk melakukannya. Hmm... Dilema memang.
Pengalihan perasaan rasa sedih ke arah bahagia, tidaklah mudah. Butuh perjuangan dan kesadaran untuk mengalihkan rasa sedih itu. Seperti yang saya tuliskan di atas, pengalihan rasa sedih bisa dilakukan dengan bercanda dengan teman dan jangan biarkan diri ini sendirian, menyepi lalu akhirnya merenung dan rasa sedih itu muncul lagi. Ketika rasa senang muncul, maka si anak juga akan merasa senang dan akan baik-baik saja. Hal ini tentunya akan mempermudah orang yang menjaga atau momong.
Hmmm... Tulisan ini sebenarnya untuk penguatan saya, karena sebelum menulis ini saya menelpon Nadine dan menangis karena rindu. Nadine juga sebenarnya nangis. Aaahh...rasanya nggak kuat. Tapi saya harus kuat dan meneruskan sampai akhir, supaya semua tidak sia-sia. Biarlah tulisan ini menjadi kenang-kenangan saya kalau saya pernah merasakan perasaan dan kejadian ini.
Nadine anak mama sayang, yang sabar ya nak. Dari dulu kamu di perut mama, kita sudah berjuang bersama, jadi sekarang kita harus berjuang lagi untuk kehidupan yang lebih baik. Semangat ya sayang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H