Mohon tunggu...
Swazta Priemahardika
Swazta Priemahardika Mohon Tunggu... lainnya -

Sering berhayal ketika minum kopi,..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Teror Phobetor

17 April 2015   21:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:58 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku seperti pernah mengalami kejadian malam ini Detail tiap menit yang bergulir, jam yang perlahan berganti dan hari dimana petir datang menyambar-nyambar disusul guyuran deras hujan, semua nyaris sama. Ya, aku pernah mengalaminya. Tapi entah kapan aku sudah lupa. Dua tahun yang lalu, tiga tahun, empat tahun...ahh, entahlah aku benar-benar sudah lupa.

Seperti Dick yang tertidur pulas dengan penutup muka ala Ninja di sofa ruang tengah saat TV yang masih menyala, memutar film tengah malam Final Destination 3. Di meja kecil dekat sofa tempat Dick tertidur, terdapat satu piring dengan 2 buah apel masih tersisa. Dan sebilah pisau masih menancap di salah satu apel buah itu. Gila, semua yang tertangkap mataku malam ini persis seperti kejadian yang menyeramkan malam itu, yang sampai saat ini masih bersarang di memori otakku. Sayangnya, timing kejadian waktu itu aku lupa.

Aku belum bisa tidur malam ini, meski seharian penuh capek bukan main. Rasanya masih ingin menulis, meneruskan cerita fiksiku yang terlantar hampir dua minggu. Laptop pun kunyalakan. Dan Dick sepupuku yang numpang tidur di rumahku terlihat masih asyik dengan dengkurannya. Ia seperti tak menggubris keadaan di luar sana dengan petir yang menyambar-nyambar dan hujan yang turun teramat derasnya. Kusambar syal warna biru yang tergantung di kapstok yang menempel di daun pintu. Dingin malam ini mulai menyergapku. Lumayan hangat dengan syal yang kulilitkan di leherku.

Baru satu paragraf kutulis, tiba-tiba kudengar suara seperti ada orang yang memanggil namaku, pelan sekali. Tapi suara itu seperti berasal dari tempat yang jauh. Siapa pula malam-malam begini ada yang mencariku? Ahh, mungkin tadi suara Dick yang mengigau memanggilku. Kuabaikan saja suara itu dan aku terus menulis.

Penasaran, aku menoleh dan memastikan suara itu adalah suara Dick yang mengigau memanggil namaku. Tapi, dia masih tertidur pulas di sofa itu. Dia tidak seperti habis mengigau dan masih diam. Di sekilas pandanganku, Dick terlihat mengubah posisi tidurnya sambil membetulkan letak penutup muka ala Ninjanya.

Kulirik jam dinding, pukul 02.10 dini hari. Kulanjutkan menulis lagi. Dan tanpa kusadari, ternyata kursor di layar laptopku mengarah ke file lain dimana aku biasa menyimpan berpuluh-puluh film disitu.Kursor itu seperti membuka sendiri, punya mata. Di saat yang sama, suara yang memanggil namaku tadi, terdengar lagi. Kali ini lebih jelas dan seolah bukan berasal dari tempat yang jauh.

“Dick, Dickk...Dicckkk...” kupanggil berulang-ulang sepupuku itu dengan suara gemetar. Tapi dia tak mendengar dan masih asik mendengkur. Bulu kudukku tiba-tiba berdiri. Lututku bergetar hebat. Kedua kakiku terasa seperti menancap di lantai, susah sekali kugerakan. Jarak aku duduk dan menulis dengan sofa tempat Dick tidur tidak sampai 10 langkah.

“Dddd...ddiicck...dickkkkk...bangun dong !!” suaraku tiba-tiba serak dan tercekat. Dan di saat yang hampir bersamaan, sempat kulirik layar laptopku, kursor seperti otomatis membuka file film dan memutarnya. Memutar film yang sama sekali belum pernah kulihat. Dan aku pun tak tahu film apa itu.

“Aneh !!” gumamku diantara rasa takut yang makin mendera. Lalu kucoba melawan gerakan kursor dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit keberanian yang masih tersisa. Tidak bisa. Rasanya seperti ada makhluk asing di dalam laptopku.

“Ambil pisau di meja itu...cepattt !!” mendadak muncul suara dari laptopku seperti sedang memerintah seseorang. Aku tercekat makin gemetar. Tapi seseorang yang bersuara itu tidak jelas dan hanya samar kulihat. Dan itu bukan sebuah adegan dalam film.

“Cepat ambil pisau di meja itu. Cepattt !!!” kembali suara seseorang di laptopku memerintah. Tapi siapa yang disuruhnya? Aku?? Gila. Ini benar-benar gila.

“Tidak mungkin !!” bantahku membatin. Tapi siapa dia?? Siapa orang yang bersuara dan memerintah itu?” aku makin bingung dan tak tahu harus gimana. Rasa takutku kian menjadi. Beberapa detik, aku seperti terhipnotis oleh suara itu. Seolah aku menjadi seorang budak atau pesuruh dari orang yang bersuara di laptopku.

“Cepat ambil pisau yang menancap di buah itu. Ambil sekarang juga !!” kembali dia bersuara. Kali ini sambil menggeram dan makin jelas menunjukkan wajahnya di layar laptop. Menyeramkan sekali wajahnya. Penuh luka di kedua pipinya. Di ujung kepalanya ada dua cula yang runcing. Kedua bola matanya merah menyala, menatapku tajam. Mulutnya menyeringai, memperlihatkan keempat taringnya di sisi atas dan bawah. Aku hampir terjengkang jatuh ke belakang.

“Iiii,..iiyaa..iyaaa,..aku akan mengambil pisau itu” jawabku seperti di luar kendali dan nalar sehatku.

“Baguss. Ambil pisaunya dan cepat bunuh orang yang tidur itu !!” kata-katanya makin berwibawa dan membuatku seakan tak kuasa menolak perintahnya.

“Bunuh? Aku harus membunuhnya?? Tidaakkk....aku tidak mungkin membunuhnya !!” aku teriak berontak melawan perintah dan pengaruhnya dengan sekuat tenaga yang aku bisa. Tapi sia-sia, aku lemas tak berdaya.

“Iyaaa. Kamu harus membunuhnya atau kamu yang akan dibunuh orang itu. Kamu tinggal pilih !!” lagi, kata-katanya seperti menghipnotisku dengan hebatnya.

Semenit berikutnya, aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Dia telah menyihirku, menjadikanku pesuruh dan pengikutnya. Mulutku tak bisa kubuka lagi. Ada kekuatan yang entah apa, telah mengunci mulutku rapat. Diantara sisa-sisa kesadaran dan ketakutanku, ingin rasanya aku berteriak minta tolong sekeras-kerasnya.

Aku berdiri dan berjalan mendekati sofa, dimana Dick tidur. Aku mencabut pisau yang menancap di buah apel itu. Tiba-tiba aku menyeringai tak jelas. Menimang-nimang pisau itu dan siap menghujamkan ke tubuh Dick, sepupuku yang masih lelap tertidur. Aku sudah tak sadar lagi. Aku benar-benar sudah dikuasai dan menjadi pengikut sosok yang menyeramkan di laptopku itu. Aku merasa makin jauh masuk ke alam lain, masuk ke dimensi aneh dimana aku tak bisa mengontrol lagi kesadaranku. Otakku sudah tak bisa berontak melawannya. Tangan dan kakiku seperti robot.

“Matilah kau !!” kuhujamkan sekuat-kuatnya pisau buah itu ke perut dan dada Dick berulang kali. Darah muncrat dan menyembur kemana-mana. Di sofa, lantai dan bajuku. Tanganku pun berlumuran darah Dick. Aku tertawa sesudahnya, melihat Dick tergeletak di lantai dan tak bergerak-gerak lagi. Dick telah kubunuh dan mati. Dia terkapar  bermandikan darah. Aku menyeringai puas dan berjalan sempoyongan mendekati meja dimana laptopku berada.

“Dia sudah kubunuh ! Dia sudah mati !!” kataku lantang, laksana  seorang prajurit sehabis melaksanakan tugas komandannya.

“Bagus, baguss..Kau memang pengikutku yang paling setia. Kau hebat !!” katanya sambil tertawa.

“Siapa lagi yang harus kubunuh, tuan ?!!” tanyaku dengan suara serak parau pada sosok monster menyeramkan itu.

“Hahahaahh,...!! Sekarang kau bunuh dirimu sendiri. Tusukkan pisau itu ke tubuhmu !!” suara monster itu memerintahku. Suaranya lantang keras sekali.

Dan tanpa menunggu perintah untuk kedua kalinya atau mencoba berontak dengan kata-katanya, pisau buah itu langsung kutusukkan tepat ke ulu hatiku berkali-kali. Darah pun muncrat kesana-sini. Tubuhku bersimbah darah. Bercampur dengan darah Dick, sepupuku yang telah kubunuh tadi. Aku terhuyung-huyung, terkulai lemas dan akhirnya jatuh ke lantai. Pisau itu terlepas dari tanganku. Aku hanya bisa memegangi dadaku yang mengeluarkan darah banyak sekali. Mengaduh menahan sakit yang luar biasa. Sakit yang belum pernah sekalipun kurasakan selama hidupku.

Mataku serasa berat kubuka. Kepalaku sakit dan pusing yang teramat sangat seperti mau pecah. Aku tak bisa merasakan apa-apa lagi sesudahnya. Aku pun tak bisa bernafas lagi, sesak. Beberapa detik sesudahnya semua tak terlihat dan gelap telah menyergapku. Aku seperti tidur tapi tidak beralaskan apa-apa. Aku melayang-layang, seolah terbang, tubuhku serasa ringan sekali. Tapi samar-samar, kedua telingaku masih bisa mendengar suara seseorang yang memanggilku. Suara itu makin keras dan jelas memanggil namaku berulang-ulang. Dan aku hafal sekali siapa pemilik itu. Ya, itu suara bariton yang khas milik Dick, sepupuku.

*************

- Kebumen, 17 April 2015

Phobetor / Fobetor (Dewa Mimpi Buruk dalam Mitologi Yunani)

Ketika Morpheus datang ke dalam mimpi untuk membawa pesan baik kepada manusia, Phobetor saudaranya datang untuk membawa mimpi buruk. Ia menciptakan ketakutan dengan wujud sosok setan bersayap yang menyeramkan.Phobetor punya pendamping bernama Oneiroi yang kabarnya adalah anak kegelapan dan membuat manusia ketakutan di dalam mimpinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun