Mohon tunggu...
Swazta Priemahardika
Swazta Priemahardika Mohon Tunggu... lainnya -

Sering berhayal ketika minum kopi,..

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Prosesi Paruh Waktu

6 Mei 2015   12:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:19 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jiwa-jiwa baru terlahir dari rahim waktu
Alam menyambut semesta menguji
Seberapa kuat kita berjalan dan bertahan
Menjaga serangkum nafas yang dititipkan

Lantas kita berlomba merajut angan
Tak peduli selayak apa dipaksakan
Setengah tersiksa segala diabaikan
Demi sebuah akhir meski bukan tujuan

Jiwa-jiwa kerdil hanya berontak enggan berbagi
Berharap pada masa andai bisa terulang lagi
Meski waktu sempit dan makin singkat
Sekian lupa kian menggunung dan berkarat

Dan ketika lelah sisakan satu kesempatan
Seonggok sesal tak cukup kuat menopang beban
Lalu, mestikah kita tangisi masa lalu?
Sedangkan hati teramat kotor dan berdebu

Jiwa-jiwa mati hanya diam menunggu dan merugi
Membiarkan janji menumpuk tak terlunasi
Hutang pada waktu berserakan tak terbayar
Hingga nurani meredup lumpuhkan nalar

Kebumen, 5 Mei 2015 (sp)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun