Ilustrasi/Kompasiana (kfk.kompas.com)
Mungkinkah kau merindukannya?
Merindui jejak kaki yang terhapus di pantaimu
Merindui sunset usang yang terukir di bibir karang,
Entahlah, hatimu hanya sejenak kusinggahi
Sejak anak kepiting menggigit ujung jari
Kau riang tertawa, melihatku mengaduh menari
Ternyata aku yang tersiksa merinduimu, teman
Merekam bias temaram, sepotong sisi lainku kelam
Kau terdiam, saat utuh purnama urung kusandingkan
Di pantaimu, rajutan mimpi kuhanyutkan
Sosoknya hadir di bibir pantaimu, tiba-tiba
Datang tak terduga, menagih janjimu yang terlupa
Mengalirikan kenanganmu dari hulu hingga muara
Kau biarkanku terbuang, terlempar debur gelombang
Tergulung, tertelan ombak maha dahsyat
Di pantaimu, kau torehkan perih menyayat
Anak kepiting itu mentertawakanku,
Tapi ia tak menggigit lagi seperti dulu
Mungkin telah patah dua capit tajamnya
Sepertiku di matamu, yang bukan lagi siapa-siapa
Kebumen, 25 Maret 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H