Mohon tunggu...
Swazta Priemahardika
Swazta Priemahardika Mohon Tunggu... lainnya -

Sering berhayal ketika minum kopi,..

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Jika

27 April 2015   19:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:37 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Akulah segumpal dingin yang tertinggal itu
Teronggok membatu di bibir waktu
Mencecap jerit sunyi sendiri
Menghimpun jejak berserak di setumpuk nyeri

Musim yang kutunggu terkapar sudah
Lelah menghimpun ribuan keping resah
Dan gugus getir yang mengkristal
Makin mengerucut di hati yang tawar

Akulah nyanyi sumbang yang kau dendangkan
Meneriaki bayang-bayang semu
Merobek selaput ragumu
Di bias wajahmu, ingatan lumpuh beku

Entah kapan aku dan kamu menjelma kita
Menyusun kata-kata semanis puisi
Melebur di hangat senyum mentari
Ketika jika bukan sebatas andai saja

Kebumen, 27 April 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun