Mohon tunggu...
Swazta Priemahardika
Swazta Priemahardika Mohon Tunggu... lainnya -

Sering berhayal ketika minum kopi,..

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Di Titik Nol

9 April 2015   12:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:20 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku terpaksa pergi tinggalkanmu
Memenuhi sepotong janji awal bertemu
Meski kedua kaki tak kuasa beringsut
Terlalu kuat menancap di nelangsa hidup yang kusut
Aku pergi tak mencari beribu pangkal sebab
Carut marut langkah, sia-sia menemu jawab

Di tanah ini airmata telah lama mengering
Bersanding wajah-wajah manis mudah berpaling

Hari ini aku bohong, di lain waktu bahkan berdusta
Perut-perut kami telah kosong, tak lagi pikirkan dosa
Tak peduli kau berterik lantang di luar sana
Disini detik-detik telah sekarat menyambut kiamat

Di tanah ini darah mulai menetes tumpah
Anak-anak negeri getir merajut gelisah

Aku tak bertanya kapan semua berakhir
Otakku yang bebal enggan kuajak berpikir
Negeri dimana aku lahir dan dibesarkan
Hanya sanggup merenung tak berkesudahan
Hingga aku sempat berpikir untuk pindah
Menuju tempat indah di negeri entah berantah

Kebumen, 9 April 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun