Aku terpaksa pergi tinggalkanmu
Memenuhi sepotong janji awal bertemu
Meski kedua kaki tak kuasa beringsut
Terlalu kuat menancap di nelangsa hidup yang kusut
Aku pergi tak mencari beribu pangkal sebab
Carut marut langkah, sia-sia menemu jawab
Di tanah ini airmata telah lama mengering
Bersanding wajah-wajah manis mudah berpaling
Hari ini aku bohong, di lain waktu bahkan berdusta
Perut-perut kami telah kosong, tak lagi pikirkan dosa
Tak peduli kau berterik lantang di luar sana
Disini detik-detik telah sekarat menyambut kiamat
Di tanah ini darah mulai menetes tumpah
Anak-anak negeri getir merajut gelisah
Aku tak bertanya kapan semua berakhir
Otakku yang bebal enggan kuajak berpikir
Negeri dimana aku lahir dan dibesarkan
Hanya sanggup merenung tak berkesudahan
Hingga aku sempat berpikir untuk pindah
Menuju tempat indah di negeri entah berantah
Kebumen, 9 April 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H