Dilansir dalam BBC News Indonesia, "menjelang awal tahun ajaran baru 13 Juli mendatang, sejumlah guru dan orang tua menyatakan khawatir dengan perkembangan akademik para siswa setelah diterapkannya pendidikan jarak jauh (PJJ) untuk menekan penularan covid-19"
Rencana diterapkannya kembali sekolah online dibeberapa lokasi menuai kritik terutama dari orangtua dan para guru. Ada orang tua yang pro dikarenakan masih takut terhadap penularan covid-19 atau munculnya cluster baru bila rencana tersebut dilakukan, namun orang tua lainnya menolak rencana tersebut dikarenakan anaknya tertinggal beberapa pelajaran dan merasa akan lebih efektif jika menjalankan pembelajaran akademik di sekolah.
Menurut seorang pengamat pendidikan, sekolah masih takut menjalankan pembelajaran secara offline akibat keterbatasan fasilitas serta ketidaksiapan siswa belajar di rumah membuat akademik sejumlah siswa tertinggal. Seorang guru sekolah dasar negeri di kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat mengatakan pembelajaran online jika dilakukan terus-menerus akan berdampak buruk bagi para siswa, pasalnya sudah tiga (3) bulan belakangan ini siswa-siswanya tidak menjalankan pembelajaran sebagaimana mestinya.
Berdasarkan beberapa pro dan kontra diatas, dapat dilihat jika beberapa pihak mengkhawatirkan proses pembelajaran secara online yang diberikan tidak efektif terhadap anak-anak. Risiko jika terlalu lama melakukan sekolah online yaitu, kurangnya pemahaman anak terhadap materi yang diberikan terutama mata pelajaran yang membutuhkan praktek atau interaksi secara langsung. Kedua, anak cenderung malas mengasah otak dikarenakan dapat dengan mudah mengakses google sebagai sumber jawaban tugas atau ujian.Â
Ketiga, guru tidak dapat memantau perkembangan pendidikan anak secara langsung, sehingga sulit mempertimbangkan dalam pemberian nilai. Keempat, anak-anak lebih sering main game online dibanding belajar atau membantu orang tua dirumah. Kelima, di beberapa lokasi masih ditemukan siswa yang kesulitan akses internet sehingga menghambat proses pembelajaran online. Keenam, pola belajar yang berantakan dan ketujuh, masuknya tahun ajaran baru membuat beberapa siswa tidak dapat melakukan masa pengenalan sekolah.
Hal-hal yang harus dilakukan orang tua selama anak-anak masih menjalankan PJJ atau Pembelajaran Jarak Jauh adalah pemantauan terhadap perkembangan anak, apakah anak mampu memahami materi yang diberikan, memberikan batas waktu bermain HP dan memberikan pembelajaran dengan cara kreatif agar anak mau belajar.
Meskipun tidak semua orangtua merasakan dampak sekolah online terhadap anaknya yang sudah berjalan 1,5 tahun ini, namun beberapa orang tua sudah mulai resah dengan dampak akibat sekolah online jika diteruskan hingga tahun 2022. Para orang tua serta guru berharap kondisi dengan adanya covid-19 akan cepat membaik sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan secara langsung di sekolah.Â
Pricilla D.P.S - 201780226
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H