Mempertanyakan Logika Pembangunan Reaktor Daya Eksperimental (RDE) BATAN
[Tulisan ini merupakan tulisan pertama dari beberapa tulisan selanjunya, tergantung banyak peminatnya atau tidak hahaha…..]
Istilah RDE pertama kali dikemukakan oleh Kepala BATAN ke publik di pertengahan 2014 saat membawa pejabat IAEA untuk bertemu dengan Menteri Riset Teknologi . Pertanyaan pertama di kepala saya saat itu adalah “ini reaktor daya atau reaktor eksperimental (riset)?”.
Sedikit pengantar bagi yang awam nuklir. Secara filosofis, reaktor daya dan reaktor eksperimen itu berbeda. Reaktor daya ditujukan untuk kepentingan komersial, utamanya tenaga listrik. Karena itu reaktor daya dicirikan dengan pembangkitan daya yang besar supaya efisien. Untuk mudahnya, PLTN itu adalah reaktor daya. Daya yang dihasilkan PLTN umumnya sekitar 600-1.000 MWe (Megawatt electric) per unit. Demi mengejar skala ekonomis dan komersialisasi, maka satu kompleks PLTN umumnya diisi dengan beberapa unit PLTN sekaligus. Bisa 3 atau 4 atau bahkan lebih unit PLTN dalam satu kompleks. Sebagai contoh, kompleks PLTN Fukushima terdiri atas 6 unit PLTN dengan daya total yang dihasilkan 4.700 MWe (4,7 GWe).
Reaktor daya didisain untuk beroperasi secara kontinyu dalam jangka waktu lama, berbulan-bulan bahkan tahunan. Umumnya mempergunakan uranium pengkayaan rendah. Daya yang dibangkitkan diatur melalui mekanisme penarikan control rod penyerap netron secara periodik. Filosofi pengendalian adalah menyeimbangkan safety dengan reliability (agar memiliki kemampuan untuk beroperasi ekonomis dalam jangka lama). Dalam reliability itu, saya ikut memasukan pertimbangan keekonomian/ efisiensi pembakaran uranium (burnup) dan energi yang dihasilkan. Kenapa ini penting, karena reaktor daya itu penuh dengan pertimbangan komersial. Apa jadinya jika sebuah PLTN akhirnya boros bahan bakar (Uranium) misalnya?? Angkot yang boros bahan bakar saja bikin pening pemiliknya, apalagi sebuah PLTN.
Sementara itu, reaktor riset digunakan untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan pengetahuan, percobaan ilmiah dan sebagainya. Perbedaan filosofis tersebut membawa perbedaan pada sistem kendali reaktor, jenis bahan bakar, proteksi keselamatan dan seterusnya. Reaktor riset umumnya memiliki daya yang rendah, fleksibel untuk multi-eksperimen dan beroperasi dalam jangka sangat pendek. Misalnya hanya untuk 3 hari atau seminggu sesuai dengan tujuan eksperimen untuk kemudian di-shut down (dipadamkan) sambil menunggu eksperimen berikutnya. Filosofi pengendalian reaktor riset terfokus pada safety. Sedikit terjadi goyangan fluks netron di teras reaktor, maka reaktor riset akan trip (padam) secara otomatis.