Sabtu kemarin, saya diajak istri saya berbelanja ke pasar. Karena Minggu pas hari besar, kemungkinan banyak pedagang yang memilih libur. Saya membawa uang 200 ribu waktu itu, empat lembar 50 ribuan. Sesampainya di pasar saya baru menyadari kalau saku celana saya bolong. Tapi toh, uang itu masih berada di tempatnya. Istri saya kemudian meminta 50 ribu dari saya dan mulai berbelanja. Sedangkan saya lebih memilih mengajak anak saya berjalan-jalan di sekitar situ daripada bosan menunggu.
Tak lama berkeliling, saya lalu memutuskan untuk menunggu di tempat kami memarkirkan motor. Saat itu baru saya menyadari kalau sisa uang yang 150 ribu tidak lagi berada di saku celana saya! Mampuslah saya, uang segitu sangat besar sekali artinya bagi kami. Saya lantas menimbang-nimbang; uang itu jatuh di pasar - yang notabene banyak orang berlalu-lalang disitu; meski malam tapi penerangan di tempat itu cukup baik sehingga lembaran biru 50 ribuan pasti akan tampak mencolok di atas paving; banyak bapak-bapak berjejer di pinggir-pinggir jalan nganggur-menunggui istri-istri mereka berbelanja. Dengan pertimbangan seperti itu, saya pesimis uang saya bisa "kembali". Tapi tetap saja saya melangkahkan kaki mengitari jalan yang saya lewati tadi.
Dan belum lama kaki saya melangkah, tampaklah lembaran 50 ribuan itu mencolok di atas paving!
Alhamdulillah...
(Mungkin uang itu masih belum rejekinya bapak-bapak yang disana, hehehe...)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H