[caption id="attachment_167330" align="aligncenter" width="435" caption="Sumber gambar: Google"][/caption] Bedanya (terlihat) tipis. Tapi coba perhatikan ini, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia v1.1, motivasi diartikan sebagai n 1 dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu; 2 Psi usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Sedang provokasi disebut sebagai n perbuatan untuk membangkitkan kemarahan; tindakan menghasut; penghasutan; pancingan. Definisi yang lebih sederhana saya dapatkan dari Kamus Ilmiah Populer, yang disusun oleh Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry. Disana dikatakan bahwa motivasi adalah dorongan (dengan sokongan moril); alasan; dorongan;tujuan tindakan. Sementara provokasi adalah istilah untuk menyebutkan tindakan propokasi; tantangan; usikan; pencingan; gertakan serius; penghasutan. Kedua istilah tersebut digunakan untuk menyebut sesuatu tindakan yang sama sekali berbeda. Tapi tidak dalam kehidupan nyata. Dalam kehidupan sehari-hari penggunaan kedua istilah tersebut seringkali masih bias. Kita sulit mengatakan bahwa apakah seseorang itu sebagai motivator saat dia tengah berkoar-koar di tengah-tengah jalan raya. Kita juga gamang menyebut bahwa seseorang itu menjadi provokator hanya karena dia berapi-api di belakang mimbar khutbah. Atau podium. Dalam kehidupan riil, keduanya ternyata berbeda tipis. Maka kemudian hanya ada satu tolok-ukur untuk "memvonis" seseorang itu sebagai motivator atau provokator, meskipun dalam beberapa kasus, hal ini berlaku subjektif. Yaitu, dari impact yang ditimbulkannya! Secara general, motivasi akan berdampak baik, membangun dan memberi harapan baru. Berbeda dengan provokasi -yang, secara umum juga- akan menciptakan sesuatu yang buruk, kehancuran dan kerusakan. Mana yang lebih baik? Dalam hal ini, motivator. Maka, jadilah kita motivator-motivator yang baik, setidaknya untuk diri sendiri. Jika tidak bisa, setidaknya kita menjadi orang-orang yang bisa membedakan mana yang motivasi dan mana yang provokasi. Semoga kita selamat dengan itu. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H