Tiga jam yang lalu...
Sebuah pesan masuk ke hapeku. Isinya, minta ketemuan di tempat biasa. Dari Angela, seorang perempuan cantik yang ku kenal setengah tahun yang lalu melalui atasanku saat pertemuan dengan klien. Dari bertukar nomor hape, lalu berlanjut saling smsan, kemudian ketemuan dan ujung-ujungnya berakhir di ranjang hotel.
Pernah suatu kali aku bertanya kepadanya, apakah suaminya tidak curiga dengan seringnya dia pulang pagi?
“Masa bodoh!” jawabnya, “Biar saja dia tahu kalau aku sama sekali tak pernah mencintainya.”
Akupun tak pernah mempersoalkan hal itu lagi. Selagi aku masih dapat melumat habis bibirnya yang manis dan mengharumi setiap jengkal kulit lembutnya, selagi aku dan dia masih dapat menyimpan rahasia ini maka hubungan ini akan tetap berlanjut.
Aku langsung bersiap-siap hendak menemuinya. Istriku memasang tampang heran, sebab tak biasanya hari Minggu seperti ini aku keluar.
“Ada rapat,” kataku berbohong. “Mungkin sampai menginap, karena ini di luar kota.”
Istriku tak curiga.
***
Dan malam itu, untuk kesekian kalinya, kami menghabiskan waktu dengan saling mengucurkan syahwat untuk merengkuh nikmat surgawi…
Tiba-tiba pintu kamar kami didobrak orang tak dikenal. Tiga orang yang masing-masing mengenakan penutup wajah merangsek masuk. Salah satunya kemudian mendekatiku. Dan sambil mengucapkan kata-kata makian dia lalu menghantamku dengan sebuah benda yang sangat keras. Aku tak lagi peduli benda apa itu sebab kemudian aku jatuh tersungkur. Angela sama sekali tak berani berteriak karena dua orang yang lain mengancamnya dengan pisau.
Orang yang barusan memukulku, lantas mendekatiku.
“Sudah puas?” tanyanya. Dan tiba-tiba,
“Jrebb..!!”
Kurasakan lambungku tertembus benda yang keras dan dingin. Kulihat darahku mulai berhamburan. Tiba-tiba saja aku merasa kedinginan. Tiba-tiba saja aku teringat anak dan istriku di rumah yang bila ada orang bertanya tentang keberadaanku, maka mereka akan dengan bangga menjawab,