Kerap kita mendengar ungkapan senada.
Ilustrasinya seperti ini, ada dua sejoli yang saling mencintai. Tapi pada akhirnya cinta mereka terbentur tembok (halaaah...). Entah itu tidak direstui orang tua, entah si cewek/cowok harus sekolah keluar angkasa :-), atau mungkin salah satunya sudah dijodohkan. Pada saat itu, mereka akan ikhlas berpisah sambil saling berbisik, "cinta tak harus memiliki, sayang".
Salahkah kalimat tersebut?
Tergantung bagaimana mensikapinya.
Kalau menurut saya pribadi (ini menurut saya, lho) saya lebih senang dengan ungkapan bahwa cinta itu harus memiliki. Apa sebab? Karena ada spirit disitu. Ketika orang yang kita cintai "terancam" jauh/dijauhkan dari kita, maka kita akan melakukan segala usaha penyelamatan untuk mensiasatinya. Mengubah keadaan kalau itu mungkin. Kita tak akan patah arang sebelum banyak berupaya.
Bila belum apa-apa kita sudah bilang "cinta tak harus memiliki", dengan alasan semuanya sudah ditakdirkan, sungguh sebuah pemikiran yang sangat naif saya pikir.
Bukankah sebelum kita melakukan usaha apa-apa itu bukan takdir namanya?
Selamat sore,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H