Hehe, menarik mengikuti sepak-terjang para detektif Kompasiana -sebut saja begitu- dalam menelanjangi akun-akun klonengan alias abal-abal alias palsu alias banci kaleng. Preng!
Nah, saya tergelitik untuk membuat tips bagaimana cara membuat akun klonengan yang aman dan (mungkin) tak terdeteksi. Mungkin ada yang beranggapan bahwa saya memancing di air keruh? Ah, gak juga! Lalu kenapa saya membuat tips macam ini?
Anda mungkin kenal tokoh Pesulap Bertopeng yang dulu kerap muncul di tipi, yang suka membeberkan rahasia-rahasia dunia persulapan. Pertanyaan Anda mungkin sama, kenapa dia melakukan hal tersebut? Kalau rahasianya banyak dibongkar, dia gak dapat job, donk? Dia gak mungkin lagi tampil dengan sulap model itu, bukan? Jawaban dia dan jawaban saya pun kurang-lebih, sama.
Setidaknya saya punya 6 poin cara membuat akun banci macam itu. Nanti Kompasianers bisa menambahkannya sendiri. Cara-cara ini bisa dilakukan meski tidak secara berurutan.
- Pertama, miliki sebuah akun utama. Karena ini akun utama, gunakan nama/identitas asli disini. Akun utama ini bisa berguna bila ada lomba atau kuis di Kompasiana yang menuntut ID asli. Juga, bisa berfungsi sebagai "jalan keluar", selama tak ada yang tahu bahwa akun ini memiliki klonengan.
- Mulai buat akun klonengan. Sebaiknya yang multi gender. Ada yang male dan ada yang female. Ada yang masih unyu-unyu, ada pula yang sudah bangkotan. Lebih spesifik, gunakan nama akun yang menggunakan gabungan nama orang dan nama ngawur bin alay. Misal, Udin Gilaabhizzz, Nonik Ketawasendiri, dsb (maaf, kalau ada kesamaan nama).
- Buat postingan. Ini penting, sebab akan jadi "aneh" bila sudah bergabung di Kompasiana sejak tahun Gajah namun jumlah postingan masih nol. Lha terus bagaimana, kan capek nulis banyak artikel? Gampang! Buka google, cari artikel yang disuka, copy, edit sedikit, lalu taruh di klonengan no. 1. Kemudian cari artikel lain lagi, copy dan edit, lalu taruh di klonengan no. 2. Lakukan juga untuk akun yang lainnya, tapi jangan lakukan untuk akun utama. Biarkan akun utama itu benar-benar hasil karya sendiri.
- Cari teman. Lakukan secara acak. Bisa saja klonengan no. 1 berteman dengan klonengan no. 2, tapi tidak berteman dengan klonengan no. 3. Semakin banyak teman, semakin tersamarkan.
- Berkomentarlah. Buat komentar pada artikel orang lain, atau bisa juga pada artikel sendiri. Lalu buat drama, seolah-olah klonengan no. 1 berseberangan dengan klonengan no. 2. Lalu klonengan no. 3 mendukung salah satu pihak, dan masalah semakin keruh. Lalu datanglah klonengan no. 4 menengahi. Manfaatkan juga komentar dari Kompasianers yang lain.
- Pertahankan karakter tiap klonengan, baik itu bahasa, cara menulis/menyingkat, cara berpikir atau logat dan ungkapan-ungkapan khas. Contoh sederhana, klonengan yang sudah di-set suka memaki tentu akan mencurigakan bila tiba-tiba dalam sebuah artikel dia berkomentar "adem".
Nah, semua yang saya tahu sudah saya sampaikan.
Ayo Kompasianers, temukan akun-akun klonengan itu! Ibarat pepatah, berakit-rakit ke hulu..., eh salah, sepandai-pandai menyimpan bangkai, pasti akan tercium juga. Sepandai-pandai monyet melompat, akhirnya keok juga.
=======
Silahkan bila ada yang mau menambahkan. Sementara itu, saya mau nge-teh dulu.
Selamat beraktifitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H