Aku pernah mendongak ke arah langit sambil berkata "cemana aku bisa menangkap jutaan ide yang berhamburan sebenarnya" -- makanya aku melihat ke langit. Bicara soal imajinasi, sedikit saja.
Aku memberi kelas bahasa inggris di rumah. Singkat cerita, aku ajak adik itu berpikir untuk memberikan contoh kalimat menggunakan kata "jarang" di dalam hidupnya sehari-hari. Kebetulan materi saat itu adverb of frequency.
Cukup lama juga si adik ini berpikir. Karena aku tahu kemampuan adek ini dan aku menoleransinya. Adik ini anak yang sangat pendiam. Aku dukung dia selalu, "adik, kamu bisa kok. Adik jago". Sesekali dia tersenyum padaku.
Setelah beberapa menit, ia berhasil memberikan contoh yang aku suruh. Dia tulis: "bapakku jarang pulang ke rumah". Aku sedih akan kenyataan itu. Dia belum mampu berimajinasi "untuk saat ini".
Sama halnya dengan kebanyakan orang-orang yang kurang menggunakan kalimat yang satir (lucu dan memiliki makna) dan cenderung serius mengisi hari-harinya, status medsosnya, dan macem-macem.
Seperti berkata kasar di medsos, memamerkan apa yang dimiliki, terlalu mengumbar apa aktivitasnya sehari-hari. Padahal sebenarnya itu seperti menjaring angin. SIA-SIA. Jadi berimajinasilah.
Cerita di atas bukan imajinasi. Jadi ingat pesan orang bijak, "kita semua hanya penumpang di Bumi".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H