Awalnya begitu indah.......
begitu cantik, begitu syahdu
di mana bulan bersinar lebih terang
angin bertiup lembut
dan waktu seakan terhenti
saat hadirmu disini
membuat terlena dan terlupa
saat logika tak lagi bicara
saat hati pun seakan membisu
entah apa entah apa yang membuat langkah ini
tertuju padamu,
bibir ini tak bosan menyebut namamu
mata ini tak ingin lepas dari wajahmu
merasakan kehangatanmu
merasakan desah nafasmu
bagai angin surgawi yang bertiup lembut ditelingaku
ah...tak ada yang tercela
seakan semua sempurna
seakan keindahan dunia pun tak mampu mengalahkannya
.............saat waktu berganti
dan masa berlalu
satu persatu terungkap tirai yang menutupi wajahmu
saat ternyata kau tak seindah rembulan
kau tak seterang matahari
saat kecewa itu mulai menghampiri
siang pun terasa gelap
nyala lilin yang tak berdaya yang kupersembahkan untukmu
kau balas dengan amukan badai yang menghancurkan semua
sakit.....perih.... terasa....
kau tak pernah tau begitu beratnya...
begitu susahnya ku jaga nyala lilin di tengah malammu yang dingin
aku bertahan...
aku tetap bertahan...
dan kini aku hancur...tapi ku tetap bertahan untukmu
meski kau tak pernah menyadarinya
saat semua pengorbanan tak ada artinya di matamu
saat semua rasa kau anggap mati
saat nuranimu pun seakan hilang
sepertinya kau bukan manusia
kau hanya patung yang bernyawa
tanpa hati....tanpa rasa
semoga lilin kecilku masih bisa nyala lagi
semoga aku masih bisa bangkit kembali...
semoga malamku indah lagi.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H