Sragen, BNP2TKI (18/11) Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) menggelar pentas Wayang Kulit kontemporer bertajuk "Abunawas Nulung TKI" dengan dalang Ki Enthus Suswono di alun-alun Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Jumat malam (18/11), setelah sebelumnya mengadakan pementasan Wayang Golek di Serang, Banten (11/11) dan kesenian Campursari Pringsewu, Lampung (12/11) yang dihadiri langsung Kepala BNP2TKI Moh Jumhur Hidayat.
Pagelaran Wayang Kulit "Abunawas Nulung TKI" merupakan rangkaian sosialisasi BNP2TKI terkait "pencegahan TKI ilegal" melalui media kesenian tradisional di delapan daerah pada lima provinsi yaitu Serang (Banten), Pringsewu (Lampung), Sragen dan Batang (Jawa Tengah), Malang dan Blitar (Jawa Timur), serta Karawang dan Sukabumi (Jawa Barat).
Seluruh rangkaian kegiatan sosialisasi tersebut mengambil tema, "Kita Semua Peduli TKI". Dan diselenggarakan oleh BNP2TKI bekerjasama dengan PT. Berkah Rahayu Handayani.
Adapun tumpahan ribuan warga Warga Sragen dan sekitarnya yang menghadiri pertunjukan sebagian di antaranya keluarga TKI maupun mantan TKI, seperti halnya dua pentas lalu yang dibanjiri ribuan penonton termasuk para keluarga TKI.
Acara pergelaran Wayang Kulit di Sragen dibuka Sekretaris Utama BNP2TKI Edy Sudibyo dan dihadiri Bupati Sragen Agus Faturahman, Kepala Biro Perencanaan BNP2TKI Agusdin Subiantoro, Direktur Sosialisasi dan Kelembagaan Penempatan BNP2TKI Agus Sunaryadi, jajaran Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI (BP3TKI) Semarang, serta pejabat di lingkungan pemerintah kabupaten Sragen.
Dalam sambutannya, Edy Sudibyo mengatakan program sosialisasi pelayanan TKI dengan pentas kesenian tradisional telah dijalankan BNP2TKI sejak 2008, dan pada 2011 ini dikemas setiap akhir pekan selama lebih kurang tiga minggu untuk sejumlah lokasi kantong TKI, yang sekaligus diperuntukan sebagai hiburan bagi rakyat kecil.
Hanya saja, kata Edy, unsur hiburan dalam sosialisasi ini berintikan pada semangat dan komitmen pemerintah, dengan disertai aktivitas gelar kesenian rakyat untuk memberi informasi pelayanan TKI kepada khalayak atau masyarakat luas, sehingga diharapkan memahami cara menjadi TKI yang prosedural alias resmi.
Pada sisi lain, lanjutnya, perhelatan kesenian tradisional juga untuk mendorong keterlibatan berbagai pihak dan utamanya elemen masyarakat, dalam ikut mengampanyekan pencegahan TKI ilegal ke luar negeri.
"Kegiatan ini jelas menunjukkan bahwa semua kita benar-benar peduli pada TKI," tegas Edy.
Menurutnya, Sragen dipilih karena banyak warga Sragen menjadi TKI dengan sebagian besar bekerja sebagai TKI formal di Korea Selatan. Sekitar Rp 69 miliar remitansi dari TKI tersebut masuk setiap tahun ke Kabupaten Sragen.
"Jumlah ini cukup signifikan dan tergolong sumbangsih luar biasa yang diberikan para TKI asal Kabupaten Sragen, yang diyakini dapat menumbuhkan kemajuan ekonomi di masyarakatnya," katanya.