BNPT perlu lebih dekat dengan masyarakat untuk bersama-sama mengatasi masalah terorisme. Selain itu juga membuat prosedur standar dalam menyikapi terorisme. Ketidakhadiran pemerintah dalam ruang kosong ini tentu memberi dampak buruk bagi keselamatan warganya. Untuk itu pemerintah perlu segera mengisi kekosongan itu.
Peran media sosial
Hal lain yang tentu tidak kalah penting adalah komunikasi terkait terorisme. Ketidakhadiran negara dalam hal komunikasi dengan rakyatnya tentu berbahaya bagi keutuhan bangsa dan negara. Komunikasi antara pemerintah dan rakyat haruslah berkesinambungan dan berjalan baik.
Teknologi komunikasi berkembang sangat cepat dan semakin canggih. Batasan ruang dan waktu pun kini sudah terlampaui. Sosial media seperti Youtube, Facebook, Twitter dan lainnya memang tidak dirancang sebagai alat komunikasi kala terjadi kondisi darurat. Namun, sosial media bisa digunakan sebagai medium penyampaian pesan yang cepat.
Komunikasi yang akurat dan efektif dalam kondisi genting seperti kejadian di Sarinah sangat penting. Tujuannya tak lain adalah untuk menghindari jatuhnya korban jiwa. Media sosial hadir sebagai alat yang bisa digunakan untuk mereduksi batasan dalam komunikasi serta mendorong partisipasi aktif yang postif dan menyeluruh secara teratur dan efektif. Negara harus hadir untuk menjaga stabilitas keamanan dan menghindari kepanikan.
Media sosial kini memang sedang jadi primadona bagi masyarakat modern. Segala pihak bisa menggunakannya untuk hal yang konstruktif. FEMA memanfaatkan media sosial sebagai medium komunikasi penghubung dua arah antara lembaga manajemen darurat dengan masyarakat. Keberadaan FEMA di Amerika Serikat membantu pemerintah pusat, daerah dan masyarakat untuk saling bertukar informasi dalam rangka menanggapi situasi bencana, teror atau krisis secara cepat dan tepat sasaran.
Melalui media sosial, lembaga manajemen darurat bisa menyebarkan informasi penting langsung ke individu atau masyarakat luas, sementara disaat yang bersamaan menerima informasi terkait perkembangan peristiwa secara langsung (real-time) dari saksi mata di tempat kejadian. Di sini, media sosial mengambil peranannya sebagai jembatan berkomunikasi dua arah yang efektif.
Pemerintah sebagai komunikator harus selalu menyesuaikan diri dengan perubahan pola komunikasi. Tidak bisa selamanya masyarakat harus mengikuti gaya komunikasi pemerintah, melainkan pemerintah yang harus mengikuti gaya komunikasi rakyatnya, yang terus berubah dinamis seiring berjalannya waktu.
Melihat ancaman terorisme bisa terjadi dimana saja dan kapan saja, sudah saatnya Indonesia memiliki prosedur standar untuk menghadapi ancaman teror. Negara harus hadir membina rakyatnya. Masyarakat harus diedukasi akan bahaya terorisme dan media sosial bisa digunakan sebagai medium penyampaian pesan yang efektif, akurat dan cepat.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H