Aku sedang berada di lantai dua kamar kost putri yang terdapat 6 kamar kost dan satu kamar diisi dengan dua bed terpisah. dan bed nya itu jenis bed kapuk jadi agak keras serta lumayan membuat badan sakit-sakit kalau masih baru. Aku sekamar dengan temanku yang bernama Weny, dia itu mempunyai kebiasaan kalau tidur suka mematikan lampu kamar. “Tapi tidak apalah, karna ada teman sekamar jadi akupun tidak takut saat lampu dimatikan waktu tidur” gumamku dalam hati.
Selain itu masih ada lantai 3, disitu ada satu kamar dekat tangga yang sepertinya sengaja dikosongkan untuk gudang. Depan kamar itu sengaja dirancang untuk tempat menjemur pakaian anak-anak kost. Jadi kalau mau menjemur pakaian pastinya harus melewati kamar kosong itu, setiap melewati kamar kosong itu , aku merasa ada sesuatu yang bergerak berada disitu selain barang-barang usang. Sesuatu yang bergerak itu berwujud besar layaknya ukuran manusia. Merinding dan bulu tipisku serasa berdiri semua setiap melewati kamar kosong itu.
Tapi sudahlah, aku pikir itu hanya halusinasiku saja dan anak-anak kost lain juga tidak pernah cerita melihat sesuatu bergerak di kamar kosong itu. Biasanya di pagi hari mereka suka nongkrong di lantai 3 untuk menikmati pemandangan padatnya perkotaan yang penuh dengan cerobong dan asap. Setiap hari cerobong itu mengeluarkan asap hitam dengan lembaran-lembaran kecil seperti kertas hangus melayang berhamburan di udara hingga berjatuhan di atap, di lantai, maupun di pakaian yang sedang kita jemur di atap lantai 3 yang terbuka.
“Assalamu’alaikum…” salamku saat masuk dan naik ke lantai 2. “Wa’alaikumsalam….eh Maya, udah selesai kuliahnya” jawab Uus salahsatu teman kost ku. “Iya Us, capek banget nih habis praktikum… aku masuk kamar dulu ya” sautku kembali. Akupun segera menuju kamarku, terlihat dari jendela balkon hari sudah mulai gelap.
Saat itu terlihat sepintas siluet bayangan hitam besar sedang membelakangiku, “loh..loh..loh…apaan itu tiba-tiba kok ada sosok besar hitam tepat didepan kamarku” dalam hatiku, mataku membelalak seakan-akan wajahku sepeti gagap tidak bisa bergerak, seketika aku kedipkan mata dan sosok hitam besar itu menghilang begitu saja. Setelah itu dengan segera aku masuk kamar bersamaan dengan rasa gelisahku yang masih penasaran sosok apaan itu tadi, dan disitu aku sudah melihat Weny sedang tiduran santai di kasurnya. Seketika pecah sudah rasa gelisahku setelah ngobrol bercanda dengan teman sekamar.
Disuatu malam yang begitu dingin, aku melihat di sekeliling kamarku gelap tanpa lampu tidur. Hanya terlihat sorotan lampu dari ruang santai depan kamar. Malam itu rasanya ingin segera aku memejamkan mata dan badan sudah terasa ingin tergeletak di kasur, karna seharian aku lelah dengan praktikum di bengkel teknik telekomunikasi.
“Ssst..Sssst..May…kamu denger dilantai atas ada suara nggak? Kok kayak hentakan kaki raksasa sih May…” Tanya Weny dengan suara lirih. “Emmm…. Iya sih Wen, aku denger juga. Mungkin suara tikus itu Wen… udah malam Wen, kita bobok yuuk!” jawabku dengan tidak yakin.
“Demm…demm…demm”, suara itu memang aku mendengarnya. Tiga kali suara hentakan kaki, tetapi segera aku alihkan pembicaraan, “Sudahlah, mungkin aku terlalu capek dan perlu istirahat” dalam hatiku bergumam sendiri.
“Good night Wen… mimpi indah ya” ucapku sebelum tidur. “Good night May..” jawab weny dengan suara lirih seperti suara durasi musik yang memudar keluar.
“Tolong…tolong…Maya, tolong aku…” suara lirih Weny. Begitu kagetnya aku terbangun dari tidur mendengar suara sangat lirih, itu weny kenapa, segera aku menghampiri kasurnya. Aku melihat badannya telentang dan matanya membelalak menatap kosong ke langit-langit kamar seperti orang ketindihan setan. “Tolong aku, May… mulutku tidak bisa bergerak” sautnya lirih. “Wen..wen..sadar wen.., kamu kenapa wen..”gugupnya aku dengar dan melihat dia seperti ketakutan. “Itu tadi.. tadi... tiba-tiba pintunya terbuka… tadi ada yang masuk May… asap hitam pekat dan bermata merah, asapnya bergerak cepat diatas mukaku dan menindihku May…” suaranya lirih bergetar ketakutan.