Mohon tunggu...
Presley Hariandja
Presley Hariandja Mohon Tunggu... lainnya -

Mengamati masalah-masalah sosial.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Republik Awang Bulan Putih dan Tahu Tempe yang Hilang

28 Juli 2012   11:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:31 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dua tahun lagi Republik Awang Bulan Putih akan melangsungkan pemilu untuk yang keduabelas kali. Bagi Republik Awang Bulan Putih, pemilu adalah super klimaks dari pesta demokrasi yang berkesan mahal. Puncak pesta demokrasi itu sudah pasti akan mewarnai perkembangan politik Republik Awang Bulan Putih sesuai tren politik lapisan masyarakat bawah, menengah dan atas. Pesta yang sangat dinanti-nanti para politisi, karena pada kesempatan itu lah jalan menuju ekstasi kekuasaan sangat terbuka lebar. Pada momen seperti itu partai-partai politik melalui juter (juru teriak)saling memamerkan misi yakni: kesejahteraan bagi rakyat, dan untuk hal tsb para juter dibayar mahal agar mengatakan yang baik-baik saja tentang partai politik yang digadangkan.

Rupanya untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat dan keadaan yang lain di Republik Awang Bulan Putih, siapa pun namanya harus masuk dulu dalam jalur politik dan partai, agar lebih mudah mengatur komunikasi politik.

Meski pemilu masih dua tahun lagi namun suasana sudah terasa mulai memanas. Kampanye terselubung di berbagai tempat dan waktu menemukan bentuk inovasi-inovasi. Langit negri Republik Awang Bulan Putih acapkali tidak menentu, awan-awannya nampak sarat rasa gelisah bahkan sering saling memangsa pertanda pertarungan kepentingan sedang terjadi. Terhadap pertanda ini rakya Republik Awang Bulan Putih memberinya nama Peringatan Kejujuran Cosmic. Dialektika relasi interdepensi yang timpang secara menyeluruh. Perlambang yang erat kaitannya dalam kehidupan mikro dan makro cosmic rakyat Republik Awang Bulan Putih. Jika terjadi musim kemarau panjang dan bencana alam berturut-turut rakyat mengartikan: para pejabat Republik Awang Bulan Putih sudah melakukan kebohongan-kebohongan. Tidak menepati janji-janji politiknya. Namun, jika KORUPSI yang merajalela maka, Tahu dan Tempe sebagai makanan utama Republik Awang Bulan Putih akan hilang lenyap. Dan, yang paling ditakuti rakyat negri Awang Bulan Putih adalah tanda Peringatan Kejujuran Cosmic. Maka, jika tanda itu muncul, sungguh Republik Awang Bulan Putih telah salah urus. Dan, sekarang tanda itu sudah menyeruak!

Akhirnya aura gejolak politik negativ yang terjadi di langit Republik Awang Bulan Putih, sampai juga ke pertapaan Pondok Pandir, tempat Manusia Terang Hati-Mahaguru Bijaksana di Negri Awang Bulan Putih menyepi. Figur yang disegani rakyat dan politisi. Tiap-tiap partai politik telah berupaya melamarnya untuk bergabung. Para pelaku politik Negri Awang Bulan Putih mengetaui benar kapasitas Manusia Terang Hati. Pondok pertapaannya meneyebar seantero negri. Hal inilah yang hendak dimanfaatkan para pelaku politik itu, yakni mendapatkan jumlah konstituen dengan rumus deret geometri; 100,200,400,800 dst. Mereka tidak membutuhkan sumbangsih pemikiran Manusia Terang Hati yang arif bijaksana. Para pelaku politik hanya mau jumlah pendukung dalam jumlah besar sesuai konsep strategi pemenangan partai saat pemilu.

Politisasi kontemporer dan primitif terhadap ormas, suku maupun keyakinan dikemas menghasilkan transformasi instant ke bentuk people power yang dipelintir merupakan hal lumrah dalam agenda para politisi. Situasi seperti inilah yang membuat Manusia Terang Hati merasa prihatin. Maka, tiap-tiap pinangan yang datang selalu ditampik beliau dengan jawaban bijaksana, menolak secara halus ajakan masing-masing partai politik.

Senja itu Pondok Pandir terlihat tenang. Bangunan Pondok Pandir yang sederhana nyaris terbuat dari bambu. Sokoguru bangunan utama adalah bambu-bambu betung dalam diameter besar. Dinding penangkal dingin malam juga terbuat dari bilah-bilah besar bambu yang sama. Seluruh lantai bangunan terbuat dari perpaduan bambu wulung, bambu betung, bambu tali dan bambu duri dibentuk menyerupai tegel ukuran 50x50 cm. Sangat sederhana nanum terlihat apik dan resik. Sungguh, sentuhan tangan-tangan terampil dan penuh kesabaran.

Bersambung---

Negri Awang Bulan Putih,
280712

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun