Mohon tunggu...
Wage Rudlof Gunarto
Wage Rudlof Gunarto Mohon Tunggu... Konsultan - Penyuka tempe

Penyuka Dan brown,||pengagum Sidharta mukerje|>,infectious diseases tisu |🕊twitter@sinjahreem,||pemerhati lelembut.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Perca Sisa

31 Maret 2022   11:28 Diperbarui: 31 Maret 2022   13:40 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Andai lauatan jadi air mataku mana cukup untuk tinta di bukuku,sepuluh tahun lalu gunung gersang tumbuh,hari ini sudah bertambah dua belas gunung baru,yamg baunya menyengat panca indra

Perca2 rumah tangga sepuluh tahun lalu hanya 22 kk ,sekarang sudah penuh sesak,seminggu sekali beraneka ragam perca ini di angkut di buat di satu tempat yang sekarang jadi dua belas gunung gersang

Sedekit demi sedikit lama2 menjadi bukit begitulah katapujangga,dan benar pada kenyataanya,sekitar gunung mulai bermunculan penyakit2 menular,air ,tanah dan udara sudah tercemar

Memang agak jauh dari peradapan,tapi bakteri2 tersebut juga beranak pinak mencari inang2 baru,kulit gatal,ispa,dan lain sebagainya menyerang,sawahpun kena imbasnya,potong leher ada dimana2

Tak ayal,masalah besar untuk kedepanya,tapi banyak orag mengangapnya hal kecil juga sepele,solusi serta terobosan harus segera di gaungkan,hanyalah impian,tak ada segera ada kesadaran selain jargon semata

Gunung2 gersang ini akan semakin tinggi,beranak layaknya krakatu,ledakanya tak kentara tapi efek sampingnya luar biasa,warga sekitar gunung hanyalah seberapa itulah kuncinya ,selalu menganggap remeh temeh perca yang kelak jadi bencana.

Banyak juga lalat2 berbondong2 guna mempertahankan hidup di tumpukan gunung gersang ini,ada yang nemu mutiara,ada jua pecahan merah membara,organ2 yang di paksa bertarung dengan berbagai macam bakteri juga virus suatu hari akan rusak,pilihan sudah di pilih ,makan minum enak saja para lalat ini di tumpukan perca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun