Kau sibuk menghakimi soal rasa yang tersirat.
Mengilhami, yakinlah tak ada yang terlambat.
Titik tempuh meniggalkan realitas, bahwa kita hanya sebatas fatamorgana belaka.
Omong kosong, kaulah sang pengatur duka.
Ilusi, mungkin itu kata yang tepat disaat semua cerita hanya meninggalkan berita, derita, dan balita.
Pemain rima? Secuil kalimat pun tak senandung dengan ritme yang ada.
Hidup memang memliki skenario yang dirancang oleh sang maha cinta. Bahkan orbit satelit yang berotasi pun diatur olehnya. Wajar, jika ini sudah ada pada alurnya.
Matilah, aku benci pemain rasa.
TS, 30 mei 2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H