Pertanyaan bung Rion ternyata berhasil mengelabui diskusi kita tentang alam tadi. Namun ada sedikit kesamaan, karena keduanya membutuhkan pemikiran filosofis. Yang satu berkiblat tentang alam dan yang berikut mengarah pada kekuatan magis.
Disamping kita mengkaji secara harafiah tentang kedua pertanyaan tersebut. Kita juga sembari memakan gorengan hasil buatan dari bung Tox yang merangkap sebagai peracik kopi sekaligus pembuat hidangan ringan. Hebat bukan ? Hahahahaha
Sebelum klimaks kita membahas tema yang tiba-tiba lahir tadi, si bung Grek lebih duluan lemah syahwat sebelum sampai pada puncak kenikmatan berpikir. Ambyarr pemikirannya.!!
Lalu pernyataan membosankan keluar dari mulut si bung Grek. Maklum karena beliau sering kacau kalau urusan filsafat kayak begini. Pikirannya hanya dua, kalau bukan seks, ya makan. Hehehehe
Grek ; bagaimana kalau kita lebih eksis membicarakan Budaya yang ada di Maluku Utara, terlebih khususnya Halmahera Barat. Dan menjadikan itu sebagai marcusuar Dunia. !
Kami pun terheran-heran dan terkejut-kejut mendengar pernyataan bung Grek. Perasaan, si dia pikirannya hanya berbau seks dan makan saja. Buktinya pertanyaan sebelumnya belum terselesaikan, dia sudah berani merengek pada pernyataan sempurna. Huffft..!!
Yasudah lah, kami kemudian sepakat dengan bung Grek, karena ia juga bagian dari orang yang paling muda diantara kita, sewajarnya lah ketika kali ini kita mengikuti kemauan beliau. Karena pada faktum historis juga sudah menjelaskan, pemuda memiliki andil besar terhadap kemerdekaan bangsa kita.Â
Mulailah perbincangan kita mengenai suku dan budaya yang ada di Maluku Utara. Dimulai dari saya sendiri.
Presiden laef ; saya memiliki dua historis yang melekat pada darah dan daging saya. Selain dari suku Tobelo, Halmahera Utara, saya juga bagian dari suku Sahu, Halmahera Barat. Disini saya lebih menggubris tentang kultur orang-orang Sahu. Maklum karena saya lahir di Sahu. lanjut tentang suku Sahu, singkat cerita, dari catatan sejarah mengenai suku Sahu yang pernah ditulis oleh Prof. Dr Leontine E. Visser dalam bukunya yang berjudul "Sejarah Pertanian Dan Kebudayaan Sahu Di Halmahera". Leontine menceritakan proses gotong royong orang-orang suku Sahu dalam melakukan kegiatan-kegiatan Pertanian. Misalnya Budidaya Padi Ladang, ada pembagian kelompok dalam melakukan kegiatan tersebut, biasanya para wanita memegang ruas bambu yang didalamnya berisi benih dari padi dan laki-laki cenderung membuat lubang-lubang kecil untuk menanam benih padi tersebut.
Yang menarik disini, setalah penanaman dan puncak daripada hasil panen. Suku Sahu selalu menjalankan ritual adat yang dikenal sebagai makan-makan adat atau dalam bahasa Sahu adalah, Orom Sasadu. Ada beberapa pertunjukan tarian tradisional dan sebagainya disini.
Secara ringkas saya perkenalkan adat dan budaya suku Sahu di depan kawan-kawan saya lewat percakapan di beranda rumah tua. Lanjut bung Vandy menambahkan soal rampungnya kultur daripada orang-orang Halmahera Barat yang didalamnya terdapat juga suku Wayoli yang memiliki kemiripan. Disini saya terdiam dan sedikit jahil kepada bung Grek. Kok bung Grek tidak menanggapi dan menambahkan ya ? Padahal ide ini muncul dari si dia. Tapi yasudah lah, yang terpenting diskusi ini semakin mengerucut lagi tanpa harus ada pernyataan sikap dari bung Grek. Wkwkwkwkw. Lanjut dari bung Vandy.