Dan apakah mereka benar-benar tidak memahami firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surah Annisa ayat 60, "Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada taghut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari taghut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya."
Dari sini sudah amat terang benderang, bahwa PBB bukanlah sumber hukum yang rekomended bagi umat Islam secara syar'i. Belum lagi kalau ditelisik sejarah lahirnya PBB adalah aliansi negara-negara Kristen Eropa untuk melawan Kekhalifahan Islam yang menyebarkan dakwah ke Eropa, tanah kelahiran mereka. Kebencian mereka terhadap Islam begitu mendarah daging akibat semangat keagamaan yang bodoh dalam diri mereka.Â
Dengan semangat itu pula, mereka menggunakan cara-cara keji untuk memerangi kaum muslimin di Andalusia, Yunani, dan Negeri-negeri Turkistan lainnya. Semestinya, umat Islam mengetahui hal ini. Sungguh memalukan jika kaum muslim dan negeri muslim turut bergabung dalam aliansi jahat semacam PBB.
Oleh karenanya, dibutuhkan kesadaran politik global agar kaum muslim bisa keluar dari timbunan pemikiran sekuler yang Barat timpakan kepada umat Islam. Kesadaran politik itu adalah dengan mengkaji islam secara kafah melalui pembinaan yang intensif dan terarah untuk tujuan mengembalikan eksistensi khilafah.Â
Khilafahlah sejatinya kepemimpinan global yang representatif bagi umat islam di seluruh benua, melintasi gurun dan samudera, dan terbukti kapabel mewujudkan perdamaian hakiki belasan abad lamanya.
Banyak bukti yang mengungkap kesuksesan Khilafah Islam mewujudkan perdamaian umat manusia. Melansir dari literasiislam[dot]com (29-6-2022) yang mengutip Al Hassani ST. 2012. 1001 Inventions: The Enduring Legacy of Muslim Civilization. National Geographic Books yang menuliskan pengakuan pengusaha wanita dan sejarawan Carly Fiorina, CEO Hewlett-Packard Corporation pada saat itu. Pada pertemuan seluruh manajer perusahaan tersebut di seluruh dunia, pada 26 September 2001, Carly Fiorina menyampaikan:
"Pernah ada suatu peradaban yang merupakan peradaban terbesar di dunia. Peradaban itu mampu menciptakan negara super-benua yang membentang dari laut ke laut dan dari iklim utara ke daerah tropis dan gurun. Di dalam dominasinya hidup ratusan juta orang, dari berbagai kepercayaan dan etnis."
"Salah satu bahasanya menjadi bahasa universal sebagian besar dunia, jembatan antara rakyat di ratusan negeri. Pasukannya terdiri dari orang-orang dari banyak negara, dan perlindungan militernya memungkinkan tingkat kedamaian dan kemakmuran yang belum pernah diketahui sebelumnya. Jangkauan perdagangan peradaban ini meluas dari Amerika Latin ke Cina, dan dimanapun di antara keduanya."
"Peradaban ini sangat didorong oleh penemuannya. Arsiteknya merancang bangunan yang melawan gravitasi. Matematikawannya menciptakan aljabar dan algoritma yang memungkinkan pembuatan komputer, dan enkripsi. Para dokter memeriksa tubuh manusia, dan menemukan obat baru untuk penyakit. Para astronom memandang ke langit, menamai bintang-bintang, dan membuka jalan untuk perjalanan ruang angkasa dan penjelajahan. Para penulisnya menciptakan ribuan cerita. Kisah-kisah keberanian, romansa, dan keajaiban. Para penyairnya menulis tentang cinta, ketika orang lain sebelum mereka terlalu tenggelam dalam rasa takut untuk memikirkan hal-hal seperti itu."
"Ketika negara-negara lain takut dengan pemikiran, peradaban ini berkembang pesat pada mereka, dan membuat mereka tetap hidup. Ketika banyak yang mengancam untuk menghapus pengetahuan dari peradaban masa lalu, peradaban ini membuat pengetahuan itu tetap hidup, dan meneruskannya kepada orang lain. Sementara peradaban Barat modern memiliki banyak ciri-ciri ini, peradaban yang saya bicarakan adalah dunia Islam dari tahun 800 hingga 1600, yang meliputi Kekaisaran Ottoman dan pengadilan Baghdad, Damaskus, dan Kairo, serta para penguasa tercerahkan seperti Suleyman yang Agung.
Meskipun kita sering tidak menyadari hutang kita kepada peradaban ini, pemberiannya merupakan bagian dari warisan kita. Industri teknologi tidak akan pernah ada tanpa kontribusi ahli matematika Arab."