Perkembangan industri pangan di era ini berperan penting untuk menciptakan ketersediaan pangan sehat bagi masyarakat. Potensi usaha di bidang pangan cukup besar mengingat Indonesia memiliki keanekaragaman hayati. Besarnya potensi ini membuat banyak pelaku usaha mengembangkan bisnis pangan dengan skala UMKM.
Namun, dalam proses produksi, usaha dengan skala UMKM cenderung kurang menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di lingkungan kerjanya. Menurut ILO, sebagian besar UMKM masih menganggap K3 bukan prioritas dan penerapannya perlu biaya, padahal bila terjadi kecelakaan akibat tidak ada penerapan K3 bisa menyebabkan bencana keuangan. Penerapan K3 merupakan bagian penting dalam keberlangsungan kegiatan produksi karena mampu memberikan manfaat yang baik terkait peningkatan kinerja.
Industri jipang yang berlokasi di Desa Nglele, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang ini merupakan salah satu contoh UMKM di bidang pangan yang turut mendukung terciptanya lapangan kerja dan sebagai penggerak ekonomi di wilayah tersebut.
Jipang merupakan makanan berbahan dasar beras yang sudah melekat khususnya bagi masyarakat Desa Nglele. Berbagai kegiatan kemasyarakatan ataupun keagamaan sering menghadirkan jipang sebagai suguhan. Namun, budaya K3 masih belum diterapkan di pabrik ini.
"Tempat kerja kami memang belum menerapkan K3 karena risiko yang ada juga tidak sebesar di pabrik-pabrik besar. Biaya juga mahal yang belum tentu karyawan mau patuhi", tutur Abdul Munip, pemilik pabrik jipang.
Intervensi budaya K3 bagi UMKM perlu dilakukan. Atas dasar hal tersebut, pada hari Sabtu, 22 Januari 2022 mahasiswa KKN Universitas Diponegoro melakukan sosialisasi dengan sasaran pemilik dan karyawan pabrik jipang yang bertujuan untuk mendorong UMKM menerapkan K3 di lingkungan kerjanya.
Proses pembuatan jipang melalui tahapan pemberondongan beras, memasak berondong beras dengan gula, pencetakan serta pengemasan. Pada tahap pemberondongan beras ini menghasilkan suara yang sangat keras, sehingga perlu menggunakan earplug untuk meredam suara. Jipang yang sudah dimasak kemudian diletakkan ke meja cetak dan diiris dengan pisau yang sangat tajam. Proses ini memiliki risiko tergores pisau pada saat pemotongan, maka dari itu perlu memakai sarung tangan.
Selain memberikan sosialisasi terkait penggunaan APD di tempat kerja, mahasiswa juga mengajak karyawan untuk memperhatikan hygine dari makanan.
"Saya berterima kasih kepada teman-teman mahasiswa karena sudah mengajari kami terkait K3, semoga dengan sosialisasi ini para karyawan menjadi sadar untuk selalu menerapkan budaya K3 di tempat kerja" ungkap Abdul Munip.
Penulis : Prenati Nashihah