Epistemologi Fenomenologis
Epistemologi Fenomenologis digunakan untuk memberikan sudut pandang ontologis dari hukum, politik hukum, relasi subyek hukum, relasi terminologi politik hukum pada pembuatnya, dan relasi peneliti dan penelitian pada kritik obyek. Di Indonesia banyak riset tentang politik, salah satunya adalah milik Pramono Anung di bukunya yaitu Memudarnya Ideologi yang mengklaim menggunakan epistemologi Fenomenologi, tetapi epistemologi Fenomenologi yang diberikan merupakan reduksi dari aliran epistemologi Fenomenologi yang sesungguhnya sesuai tradisi Husserl-Heidegger-Sartre dan lainnya yang dimana epistemologi Fenomenologi di dalam buku tersebut direduksi sebagai penelitian menggunakan diri sendiri sebagai subyek. Padahal epistemologi Fenomenologi berusaha untuk memahami esensi ontologis (Noumenon) dari sebuah obyek dari sudut pandang Fenomena. Aliran pemikiran Fenomenologis yang dominan dalam pemikiran filsafat dunia adalah Eksistensialisme. Makadari itu, untuk memahami epistemologi Fenomenologis perlu ada penjelasan sudut pandang Fenomenologi dari sisi teoritik terlebih dahulu dan menariknya pada benang merah dengan konsep hukum.
- Husserl
Dalam memahami Fenomenologi, kita harus memahami dasar-dasar Fenomenologi terlebih dahulu, yaitu dimulai dari teori Husserl mengenai Fenomenologi Murni (Pure Phenomenology). Fenomenologi murni mengawali sudut pandang dari kesadaran manusia[1]. Namun Fenomenologi berbeda dengan Psikologi walaupun bersudut pandang kesadaran manusia, dimana Fenomenologi memiliki reduksi fenomenologis tertentu atas pengalaman-pengalaman psikologis manusia.
Psikologi merupakan sebuah sains yang berkaitan dengan fakta-fakta psikologis dan realitas-realitas psikologis[2]. Yang membedakan terutama dari Fenomenologi adalah Fenomenologi meneliti tentang esensi dari sebuah fakta (eidetik). Fenomenologi tidak meneliti tentang fakta Psikologis seperti aliran Behavioris dalam Psikologi yang meneliti tentang relasi sebuah stimulan positif dan negatif pada perilaku, tetapi meneliti tentang refleksi eidetik atas sebuah fakta psikologis yang terjadi.
Fenomenologi juga menggunakan sudut pandang a priori dimana Fenomenologi memperkirakan tentang ontologi sebuah fakta psikologis dengan kekuatan rasional, bukan riset empirikal seperti Psikologi yang a posteriori.
Berikut ini adalah tesis-tesis dari Fenomenologi :
- Fakta dan Esensi tidak bisa dipisahkan[3]
Sains eksperiensial (yang membasiskan diri pada pencatatan-pencatatan sebuah fakta saintifik yang diteliti) adalah sains tentang fakta. Dalam sains eksperiensial ada pembedaan antara fakta satu dengan fakta lainnya. Fakta satu dengan fakta lain eksis dalam temporalitas dan spasial yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Setelah itu sains eksperiensial akan berusaha untuk memetakan hukum yang mengatur fakta satu dengan fakta lain tersebut (dalam ilmu fisika, rumus-rumus fisika merupakan aturan yang mengatur fakta satu dengan fakta lainnya dan dicoba untuk dikalkulasikan dengan cukup tepat). Sebagaimana dalam kenyataannya, sains eksperiensial berusaha untuk memetakan dalam bentuk sebuah rumus yang digunakan untuk mengkalkulasikan relasi fenomena, seperti rumus sederhana yang diajarkan dalam matematika yaitu Jarak = Kecepatan x Waktu. Fenomena Jarak, Kecepatan dan Waktu dalam sains eksperiensial merupakan tiga fenomena yang berbeda dan untuk merelasikannya dibutuhkan sebuah eksperimen yang menjelaskan relasi antara ketiga fenomena tersebut dengan tepat.
Tetapi sains eksperiensial tidak berusaha untuk memahami esensi dari fenomena-fenomena yang dikalkulasikan tersebut. Sebagaimana dalam rumus Fisika sederhana yaitu dalam energi kinetik, Ek=1/2 〖mv〗^2 yang berarti Energi Kinetik sama dengan setengah massa kali kecepatan kuadrat. Sains eksperiensial akan mengabaikan tentang relasi metafisik energi kinetik mengapa energi kinetik tersebut ada dan berelasi dengan massa dan kecepatan benda. Bahkan definisi tentang Energi kinetik sendiripun merupakan definisi secara ontik yang setiap orang memahami tanpa mampu untuk menyepakati sebuah definisi tentang Energi kinetik secara letterlijk.
Fenomenologi akan meneliti tentang ontologi suatu keberadaan secara hakiki. Fakta tentang perhitungan sebuah fenomena adalah sesuatu yang ada dan kasat mata, namun bukan berarti ia tidak memiliki esensi tertentu dari fakta tersebut. Fenomenologi Husserlian meyakini bahwa dalam fenomena yang kasat mata tersebut memiliki suatu esensi dan berhubungan dengan keberadaannya yang kasat mata.
Â
- Pengelihatan Eidetik