Mohon tunggu...
Preman Pasar
Preman Pasar Mohon Tunggu... -

I want to tell her that I love her a lot, But I gotta get a belly full of wine. -The Beatles-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kenapa Cincin Nikah Dipasang di Jari Manis?

15 Maret 2010   02:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:25 1661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Ada dua alasan, alasan logis dan alasan romantis.”

Alasan logis: Ditaruh di jari manis agar cincin terlindungi. Karena jari manis dilindungi oleh kelingking dan jari tengah. Dan tiga jari yang pertama adalah jari yang paling sering digunakan (jempol, telunjuk dan jari tengah), jika dipasang disitu cincin akan sering tergores dan terbentur sehingga cepat rusak.

Alasan romantis: Katanya di jari manis sebelah kiri kita terdapat urat nadi (vein) yang terhubung langsung ke jantung.

“Romantis kan?”
“Makanya nanti abang harus kasi cincin yang begini ke orang yang abang cinta,” sambil membalikan badan dia nunjuk cincin berlian yang terpajang di display tepat dibelakang punggung kami.

Aku nggak ngerti kenapa si bencong ini tiba-tiba ngomong kek gitu. Mungkin karna kita berdua udah capek nemenin yang lain belanja keliling discovery mall. Dan mungkin karna kebetulan kita bersandar tepat di kaca display sebuah toko jewelry.

Kucoba menyangkal, “Hah, ngapain? Kasih sebatang tobleron aja cukuplah!”

“Tapi aku pengenn..,” balas Ksatria. Wajahnya sedikit memelas.

Tak kuat menatap matanya, perlahan kualihkan pandangan dari dua buah bola yang sekarang tampak lebih binar berkilau daripada berlian yang dipajang didalam kaca display toko jewelry itu. Aku nggak ngerti apa maksud Ksatria ngomong kek gitu. Perasaanku jadi aneh–nggak ngerti musti gimana dan musti jawab apa.

Kita berdua diam, kemudian kembali memperhatikan orang yang lalu-lalang. Tapi jantungku berdegup kencang, darah terasa mengalir deras. Pelan-pelan kuraba jari manis sebelah kiriku dengan jempol–nadinya berdenyut,
alamakkk!!”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun