Mohon tunggu...
Precillia Leonita
Precillia Leonita Mohon Tunggu... Bankir - Kumpulan tulisan pengalaman pribadi Precillia

Aku cuma seorang biasa yang pengen berbagi pengalaman hidupku yang biasa-biasa aja, yang kadang aku liat dengan 'kacamata' yang nggak biasa. Hope u enjoy it! :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jarak yang Dipendekkan, Bahagia yang Dipanjangkan: Berbagi Kebahagiaan Lewat JNE

31 Desember 2020   15:00 Diperbarui: 31 Desember 2020   15:41 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir sepuluh tahun merantau di Pulau Jawa sejak lulus SMA, membuat barang-barangku menumpuk sangat banyak. Karena kampung halamanku jauh - di Jayapura – sangat jarang aku pulang kampung ketika libur panjang. Lebih hemat jika travelling di Pulau Jawa atau Bali. Karena itu, ‘harta benda’ di kamar kosku menumpuk sangat banyak. Pindah kos, menjadi hal yang sangat merepotkan karena banyak barang yang harus dipindahkan. Aku jadi merasa terikat dan tidak fleksibel.

Benda yang paling banyak ada di kamarku dan paling membuat pusing apa? Buku. Aku sangat suka membaca, dan cinta dengan buku. Buku-buku rasanya seperti teman untukku. Akhirnya aku simpan sampai banyak… dan mulai merasa stress karena kehabisan tempat. Padahal, buku-buku menarik terus terbit, tapi aku harus menahan diri untuk membeli karena nggak punya tempat untuk menyimpan buku-buku tersebut.

Disamping itu, berbagai produk skincare dan aksesoris seperti tas, peralatan prakarya, dan masih banyak lagi, membuat bingung setiap kali akan mulai beres-beres. Sampai suatu ketika, aku terduduk di tengah kamar, menatap sekitar, dan merasa tertekan karena semakin menyadari kalau…. sempit sekali ruangan ini!

Tiba-tiba, Covid-19 merebak di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kantorku menerapkan sistem Work From Home (WFH) sehingga semakin banyak waktuku harus di kosan. Berada di ruangan yang justru membuatku tertekan. Di tengah-tengah hari yang terasa panjang itu, aku menyempatkan diri membaca salah satu buku yang belum selesai kubaca karena kesibukanku di kantor : “The life-changing magic of tidying up” karya Marie Kondo. Buku ini memberi solusi praktis tentang beberes. 

Tapi, di buku ini solusi menyingkirkan barang-barang ya… dibuang. Masalahnya jiwa emak-emak ini merasa ‘eman’ buang-buang gitu. Perasaan bersalah itu jadi dua kali lipat. Bersalah karena pernah beli nggak pakai mikir, bersalah karena sekarang mesti dibuang. Semesta rasanya mengerti rasa putus asa yang kualami dengan kondisi kamarku. Aku tiba-tiba mendapat sebuah ide (yang menurutku) brilian!

Dulu, aku sudah pernah coba menyortir barang-barangku dan menjualnya di beberapa market place. Tidak ada yang laku. Kalau cara ini kuterapkan lagi sekarang, kayanya hasilnya nggak akan berbeda jauh. Orang akan mikir-mikir lagi untuk beli barang, kan? Akhirnya kuputuskan untuk memberikan barang-barang itu secara gratis. Tapi siapa yang mau terima, ya?

Beberapa hari berikutnya, aku sering “nge-spam” foto-foto barang-barang milikku yang sudah tidak lagi kugunakan, aku tawari untuk teman-teman yang sedang membutuhkan atau pengen nyoba. Aku posting foto-foto itu di akun Instagram pribadiku. Aku cerita kalau siapa pun yang berminat, tinggal kirim pesan padaku dan akan kuberikan gratis, mereka cukup mengganti ongkos kirim saja. Di luar dugaanku, tidak butuh waktu lama aku sudah menemukan ‘rumah baru’ untuk barang-barang tersebut. Senang sekali!

Pagi ini, aku memilah beberapa buku yang sudah terlalu lama bertengger di lemari untuk diberikan ke seorang sahabat yang sedang gemar-gemarnya membaca. Memberikan buku-buku ini kesempatan ‘hidup’ kedua di tangan sahabatku, ketimbang rusak karena debu dan lapuk.

Tahu nggak yang terjadi? Aku happy dua kali lipat. Misi beberes kelar, tapi aku tahu barang-barangku dipakai sama teman-teman yang mau, memang lagi nyari, atau mau coba. Lebih dimudahkan lagi waktu aku nemu rumah baca yang mau keep buku-buku yang kupikir sudah cukup lama di lemariku dan nggak terbaca. Waktu aku kontak-kontakan juga fast response banget, pokoknya aku ngerasa dimudahkan.

Teman-teman yang mengadopsi bukuku tidak hanya dari Surabaya, tapi dari kota-kota lain. Bahkan, dari luar Pulau Jawa : Makassar. Aku merasa amazed dengan berita buku-bukuku sudah sampai di tangan kawan-kawan di kota lain. Lucu ya, akunya nggak bisa kemana-mana, tapi bukuku bisa kemana-mana. Melewati jarak jauh, membawa bahagia untuk kawan yang terhalang jarak.

Berbagi kebahagiaan kemana saja dimungkinkan dengan JNE. Abang JNE di dekat kosan sampai hafal aku tiap sore ke counternya dengan baju rumah, bawa bingkisan. Jarak yang dipendekkan, Bahagia yang dipanjangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun