Semua telah terjadi. Sangat menyebalkan dan sangat tidak disukai. mau apa dikata? tidak dapat dirubah lagi. Lagi-lagi Neo hanya berdiri mematung dan bersandar di tembok. Rio hanya mengisap rokok dengan santai. Pemadangan kali ini adalah suasana pemadangan alam di Pondok Halimun. Kebun teh menyebar luas bagaikan lautan. Pohon-pohon menjulang tinggi berbaris rapih dan udara sore hari adalah udara yang siap dingin menyambut tulang yang menjadi kaku.
"Bagaimana menurutmu?"
Lagi-lagi perkataan ini selalu dilontarkan kepada RIo. Sedikit jengah dengan kata-kata itu, tapi... apa boleh buat, sebuah perasaan sedang mengalami kesedihan. Entah berapa kali Rio juga merasakan tentang kesedihan, kesimpulannya adalah bahwa hidup ini memang penuh dengan kejutan. Entah mau diterima atau tidak itu adalah terserah kepada manusia masing-masing.
Rio hanya menatap wajah Neo yang sedari tadi hanya menundukkan kepala. Sedih itu yang tersirat diwajahnya. Kesal bahwa pengkhianatan selalu saja terjadi.
"Bagaimana kalau kamu mendengar kisahku dulu. bukan bermaksud untuk mencampur adukkan denganmu tapi akan ku katakan kepadamu bahwa semua selalu terjadi dengan cara yang tidak pernah kita inginkan"
Neo hanya terdiam dan menatap. "Terserah"
Rio bercerita bahwa perihal kehidupan adalah sesuatu yang tidak pernah pasti. Dia menceritakan bahwa kehidupannya dulu adalah sempurna dan akan terus berlanjut menjadi sempurna. Tapi waktu yang tidak pernah mau berhenti selalu memberikan pertanyaan dengan kejadian yang tidak menyenangkan.
Kehidupan sempurna itu adalah pada saat Rio memiliki seseorang yang dicintainya. Perempuan yang telah memberikan sebuah "hidup" dalam perjalanan hidupnya.
"Aku menangis" katanya
Entah mengapa semua terjadi begitu saja. Rio hanya mengungkapkan apa yang terjadi padanya. bukan bermaksud untuk menilai terlalu jauh tapi tanpa semua itu, kehidupan ini tidak akan menjadi sempurna.
"Inilah hidup yang benar-benar sempurna" Ujar Rio.