Mohon tunggu...
PRAYUDI ARIF SEPTIAN
PRAYUDI ARIF SEPTIAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Tanjungpura

---

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tujuan Pembentukan BRICS dan Hubungannya dengan Teori Ketergantungan

3 Desember 2023   21:35 Diperbarui: 3 Desember 2023   21:39 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

BRICS, yang terdiri dari Brazil, Rusia, China, dan South Africa, telah menjadi kekuatan penting dalam dunia ekonomi global. Aliansi ini terbentuk sebagai respons terhadap dominasi ekonomi yang lama dipegang oleh negara-negara adi daya, seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat lainnya.

Tujuan utama BRICS adalah menciptakan jalan baru yang memungkinkan negara-negara berkembang untuk lebih mandiri secara ekonomi, mengurangi ketergantungan mereka terhadap kebijakan dan pasar yang dikuasai oleh negara-negara maju. Inisiatif ini melibatkan upaya bersama untuk menciptakan lingkungan ekonomi yang lebih merata dan adil, dengan akses yang lebih baik terhadap sumber daya, teknologi, dan pasar internasional.

Salah satu aspek utama dari aliansi ini adalah peningkatan perdagangan antara anggota BRICS. Dengan kolaborasi yang kuat, mereka berusaha untuk memperkuat ikatan ekonomi antar-negara anggota, mengurangi hambatan perdagangan, dan membangun jaringan investasi yang lebih kuat di antara mereka. Melalui ini, mereka berharap untuk menciptakan kemandirian ekonomi yang lebih besar dan mengurangi ketergantungan mereka pada negara-negara adi daya dalam hal perdagangan internasional.

tujuan utama pembentukan BRICS untuk lepas dari ketergantungan kepada Amerika Serikat dan Eropa ini dapat dijelaskan oleh teori Ketergantungan.  Teori ini dikemukakan oleh Ral Prebisch dan Celso Furtado pada abad ke-20. Teori ketergantungan yang dikemukakan oleh Ral Prebisch dan Celso Furtado pada abad ke-20 adalah sebuah kerangka teoritis yang menyoroti ketidakseimbangan struktural antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang.  membahas tentang hubungan ekonomi antara negara-negara di dunia, terutama antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang. Menurut teori ini, negara-negara berkembang cenderung bergantung pada negara-negara maju dalam hal ekonomi, dan hubungan ini cenderung tidak seimbang. Teori ketergantungan menekankan bahwa negara-negara berkembang cenderung menjadi tergantung pada negara-negara maju dalam hal perdagangan, investasi, dan teknologi, yang dapat memperburuk ketimpangan ekonomi antara negara-negara berkembang  dan pada akhirnya menciptakan kondisi yang merugikan bagi negara-negara berkembang tersebut. Ketergantungan dapat menyebabkan negara-negara berkembang mengalami eksploitasi dan eksploitasi oleh negara-negara maju.

Prebisch dan Furtado mengidentifikasi beberapa aspek utama dalam teori ketergantungan:

  1. Ketimpangan dalam Pertukaran Ekonomi: Teori ini menyoroti bahwa negara-negara berkembang cenderung bergantung pada ekspor bahan mentah atau produk dengan nilai tambah rendah. Sebaliknya, negara-negara maju mampu menghasilkan dan mengekspor barang-barang bernilai tinggi atau produk dengan teknologi lebih canggih. Hal ini menyebabkan ketimpangan dalam pertukaran ekonomi antara negara maju dan berkembang.

  2. Ketergantungan pada Ekspor Spesifik: Negara-negara berkembang seringkali terkunci dalam pola ekspor yang terbatas pada sektor tertentu, seperti pertanian atau industri ekstraktif. Ketergantungan pada sektor-sektor tersebut dapat membuat negara-negara tersebut rentan terhadap fluktuasi harga di pasar global.

  3. Tindakan Dominasi dan Kontrol oleh Negara-Negara Maju: Teori ini menyoroti bahwa negara-negara maju sering memiliki kontrol yang lebih besar dalam lembaga-lembaga finansial internasional dan pasar global. Hal ini dapat memengaruhi kebijakan ekonomi dan keuangan negara-negara berkembang.]

Aliansi dagang seperti BRICS dapat membantu negara-negara anggotanya untuk mengurangi ketergantungan mereka pada negara-negara maju. dengan cara-cara seperti berikut:

  • Aliansi dagang dapat membantu negara-negara berkembang untuk meningkatkan keunggulan komparatif mereka. Aliansi dagang dapat menciptakan pasar yang lebih besar dan lebih terintegrasi, yang dapat mendorong spesialisasi dan efisiensi produksi. Hal ini dapat membantu negara-negara berkembang untuk memproduksi barang dan jasa tertentu dengan biaya yang lebih rendah, sehingga mereka dapat bersaing dengan negara-negara maju.
  • Aliansi dagang dapat membantu negara-negara berkembang untuk berbagi sumber daya dan teknologi. Aliansi dagang dapat mendorong kerja sama antara negara-negara berkembang dalam bidang penelitian dan pengembangan, sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk memproduksi barang dan jasa yang lebih berkualitas.
  • Aliansi dagang dapat membantu negara-negara berkembang untuk meningkatkan daya tawar mereka dalam perdagangan internasional. Aliansi dagang dapat membuat negara-negara berkembang menjadi lebih kuat secara ekonomi, sehingga mereka dapat menuntut harga yang lebih tinggi untuk produk-produk mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun