Sudah tiga bulan kami anak-anak Melata menempati rumah kontrakan baru ini. Kami semua tinggal di lantai dua dimana rumah kontrakan ini sampai sekarang belum memiliki nomor. Spot bagus yang menjadi favoritku tepat berada di balik jendela kamarku ini ... balkon. Malam ini, dingin udara yang masuk melalui jendela telah membangunkan aku. Kututup jendela, samar terlihat kerlip lampu kota yang jauh dan kabut yang menghalangi pendaran sinar lampu. Kuputuskan untuk keluar kamar, dan duduk di balkon. Malam terasa semakin tua, semakin dingin, dan semakin gelap. Kurasakan rindu datang meggoda bagi siapa yang malam ini sedang sendiri dan aku mulai takut dihangati rindu. Aku rindu kamu. Setengah cangkir minuman telah kuhabiskan, aku ingin kamu disini...di depanku...kita tersenyum dibalik cangkir yang kita minum lambat-lambat. Sederhana ya?! seperti penelusuran rumit tentang apa yang sebenarnya aku inginkan dan berakhir dengan suatu penjelasan sederhana...Aku hanya ingin kamu disini. Oh entah kapan kamu mulai mengganggu di saat aku berpikir di malam-malamku. Hatiku meradang memikirkanmu ketika aku tahu kamulah yang mengisi hati ini. Kamu yang telah melengkapi sebagian hati yang sebelumnya pernah hilang. Kamulah yang menemaniku menata lagi kepingan yang sebelumnya tercecer hingga sempurna. Aku takkan meragukan khayalanku tentangmu selama hati ini membairkanmu ada didalamnya. Dingin malam kuat membuatku terjaga. Aku membayangkan lagi diriku ketika aku duduk di balkon ini, kamu berjalan melintas di bawah, betapa menyedihkan karena aku sendiri hanya bisa melihatmu pergi. Aku tidak mengerti mengapa matamu itu bisa merangsangku membentuk bayangmu di otakku. Bisakah aku balik menghantuimu? Berklamuflase di dinding kamarmu dan mengintip di balik gantungan pakaianmu. Mengawasimu dengan satu kepasrahan bahwa tanganku tak bisa menyentuhmu. Hanya suara dan tatapku yang mampu menemanimu. Oh, aku masih tidak mengerti...Jika kamu bukan satu-satunya, mengapa kutempuh berjengkal-jengkal tanah jauhnya untuk menjemputmu? Jika kamu bukan satu-satunya, mengapa aku pernah memimpikan kamu menjadi istriku? Jika kamu bukan satu-satunya, mengapa namamu selalu menggema di kepalaku? Jika kamu bukan satu-satunya, mengapa aku sering mengandalkanmu? Jika kamu bukan satu-satunya, mengapa aku masih bertahan hingga saat ini? Oh darling, i want to surround you with my arms. This night is never be the same without you. The night grow old and you are always looking so cold. For this time maybe i forget the real world that i knew but magically when i think of you i don’t rather sad. I miss you
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H