Mohon tunggu...
P. Adi
P. Adi Mohon Tunggu... Lainnya - Pecinta teh dan kopi yang selalu mencari kesempatan untuk menjadikan hidupnya berkat bagi orang lain.

Penulis adalah suami dari seorang istri dan ayah dari dua orang putri. Dengan latar belakang sebagai akademisi, penulis menemukan sukacita dalam membantu orang lain menemukan makna kehidupan mereka bersama Tuhan Yesus. Penulis berkomitmen kepada Tuhan Yesus untuk mengunggah tulisan yang bersumber dari kebenaran Firman Tuhan setiap hari Senin pagi dan Kamis pagi. Melalui kanal ini, penulis ingin bersama-sama membangun kehidupan yang benar didalam Tuhan Yesus!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Saya? Mengapa Tidak!

24 Oktober 2024   05:00 Diperbarui: 24 Oktober 2024   07:49 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arthur Ashe, seorang petenis legendaris keturunan kulit hitam asal Amerika yang serangkaian kemenangan di Grand Slam; Amerika Open (1968), Australia Open (1970) dan Wimbledon (1975). Beberapa tahun setelah  pensiun dari profesinya, Arthur harus menerima kenyataan terkena serangan jantung dan mengharuskannya menjalani dua kali operasi. Dalam proses ternyata Arthur malah divonis terinfeksi HIV melalui transfusi darah yang diterimanya.

Saat itu seorang  penggemar menulis surat padanya dan bertanya, "Mengapa Tuhan memilihmu untuk menderita penyakit itu?".
Jawaban Arthur sangat mengejutkan: "Di dunia ini ada 50 juta anak yang ingin bermain tenis, di antaranya 5 juta orang yang bisa belajar bermain tenis, 500 ribu belajar menjadi pemain tenis profesional, 50 ribu datang ke arena bertanding, 5.000 mencapai turnamen grand slam, 50 orang berhasil sampai ke Wimbledon. Empat orang di semi final, dua orang berlaga di final. Dan ketika saya mengangkat trofi Wimbledon, saya tidak pernah bertanya kenapa Tuhan, "Mengapa saya?" Jadi ketika sekarang saya dalam kesakitan, tidak seharusnya juga saya bertanya kepada Tuhan , "Mengapa saya?".

Yesaya 45:9 TB
[9]  Celakalah orang yang berbantah dengan Pembentuknya; dia tidak lain dari beling periuk saja! Adakah tanah liat berkata kepada pembentuknya: "Apakah yang kaubuat?" atau yang telah dibuatnya: "Engkau tidak punya tangan!"


Seperti kehidupan Arthur Ashe, ada momen dalam hidup kita dimana kita merasa "Mengapa ini terjadi kepada saya?" Beban itu begitu berat sehingga kita bertanya bahkan menuduh Tuhan berbuat kesalahan dalam hidup kita. Bacaan Alkitab kita pada kesempatan ini mengingatkan kita bahwa tidak selayaknya kita berdebat dan bertanya kepada Tuhan tentang jalan yang Tuhan tunjukkan kepada kita. Kenapa kita jangan berdebat tentang rancangan Tuhan dalam hidup kita?

Yeremia 29:11 TB
[11] Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

Tuhan Yesus tahu betul rancangan yang ada bagi hari depan kita. Dan itu adalah rancangan damai sejahtera yang memberikan hari depan yang penuh harapan, dan bukan rancangan kecelakaan. Mazmur menulis bahwa Tuhan bukan akan berbuat baik kepada kita, tetapi telah berbuat baik kepadaku. Oleh karena itu percayalah bahwa rancangan Tuhan adalah yang terbaik dan mengucap syukurlah karena kasih setia Tuhan

Mazmur 13:6 TB
[6] Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk Tuhan, karena Ia telah berbuat baik kepadaku.


Aplikasi dari renungan pada hari ini adalah:
1. Daripada bertanya tentang jalan Tuhan yang belum kita pahami, percayalah bahwa rancangan Tuhan adalah damai sejahtera yang memberikan hari depan yang penuh harapan, dan bukan rancangan kecelakaan.
2. Percayalah bahwa rancangan Tuhan adalah yang terbaik dan mengucap syukurlah karena kasih setia Tuhan

=p.adi=

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Tetapi Kamu Enggan!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun