Mohon tunggu...
Prayogo Tulus
Prayogo Tulus Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bekerja sebagai tukang cuci piring ^____^ ? http://prayogot.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Widya

20 September 2014   03:32 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:10 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan pertama bulan ini,  tak terlalu lama tapi cukup menciptakan aroma khas harum tanah . Debu debu kotor yang selalu ringan ditiup angin kini hilang,  berubah menjadi lumpur lengket seperti adonan roti coklat .Widya, seorang gadis   bertelanjang kaki asyik bermain genangan air . Tak dihiraukan lumpur kotor itu telah membuat noda -noda pada rok panjangnya . '' Hujan hujan  kenapa kau berhenti?  ''Widya menatap langit menunggu apa jawaban dari pertanyaan yang dia ajukan .Langit diam . Widya bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama .'' Hujan hujan  kenapa kau berhenti  ?''Langit tak menjawab . Dan bagaimana langit menjawab? terbesit akan pesan nenek sepuluh tahun yang lalu .'' Widya sekarang ayah dan bundamu sudah ada di surga jadi kamu nanti akan tinggal bersama nenek,  setiap malam nenek akan selalu mendongeng untuk menemanimu tidurmu. Kau maukan?  '''' Surga , memang surga ada dimana? Widya kok di tinggal sendiri . ''''Surga itu ada jauh di langit,  nanti ayah bundamu akan mengirimkan uang yang banyak . Widya bisa membeli baju baju bagus,  mainan,  boneka yang kau inginkan . ''Widya menangis . Semakin kencang .'' Aku ga mau itu semua,  aku ingin bersama ayah dan bunda!  '''' Jangan menangis Widya,  nanti ayah bundamu malah semakin lama meninggalkanmu  , jangan buat mereka bersedih di surga . '' ''Aku akan terus menangis karena setiap aku menangis pasti bunda akan datang!  ''Pertahanan nenek goyah, bulir bulir air mengalir deras dari sela mata nenek  , '' ada nenek yang akan menjagamu Widya . '' Nenek memeluk erat Widya . Gemuruh halilintar saling menyahut,  langit gelap . Beberapa saat kemudian hujan turun lebat seakan langit menemani tangis mereka . ---Tampak di langit luas garis melengkung berwarna warni seperti tersenyum mendengar pertanyaan pertanyaan Widya . Bibir Widya mengembang,  sayup sayup terdengar suara lirih entah dari mana . '' Ayah bunda baik baik saja di surga . ''

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun