Mohon tunggu...
Prayogo Kurnia
Prayogo Kurnia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Masih belajar dan mencari ilmu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aku Bonek, Cuk!

8 November 2014   05:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:20 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14153742041080886537

Selagi menonton pertandingan final ISL antara Persipura lawan Persib saya jadi teringat empat tahun lalu. Kurang lebih di tahun 2010 saya sering ke stadion sepakbola menonton tim kebanggaan Arek Suroboyo, Persebaya. Persebaya adalah tim sepakbola yang berasal dari Surabaya. Di kota ini saya lahir dan menghabiskan waktu hingga akhirnya saya hijrah ke Surakarta untuk menimba ilmu.

Persebaya memiliiki pendukung setia yang menemani setiap pertandingan. Suporter Persebaya dikenal dengan sebutan Bondo Nekat alias Bonek. Bercirikan kaos hijau dan kental dengan logat Jancuk’an. Saya pernah menjadi bonek, bergabung pada komunitasnya, ke stadion bahkan tur keluar kota untuk menyaksikan pertandingan tim kesayangan.

Kalau berbicara mengenai bonek, pasti yang melekat pada komunitas ini adalah perusuh, pemabuk, tidak berpendidikan, tidak modal dan mengerikan. Saya rasa tidak hanya bonek, suporter di kota lain juga demikian. Bahkan menurut saya suporter juga tidak melulu seperti itu, ada juga yang tertib, taat beribadah, berpendidikan dan sopan.

Menjadi suporter menurut saya lebih pada rasa primordialisme pada kota atau domisili seseorang bertempat tinggal. Itu juga yang pernah saya alami saat itu. Tetapi rasa ini juga menghasilkan dampak negatif. Tidak hanya tim sepakbola yang memiliki rival, suporterpun demikian. Ini tidak perlu saya jabarkan karena hanya akan menyulut panasnya permusuhan antar suporter dan berujung pada perpecahan di negara ini.

Saat menjadi suporter bisa dibilang saya yang paling nyentrik diantara lainnya. Saya akui bahwa saya tidak senekat mereka yang memanjat pagar, berjalan kaki jauh dari rumah ke stadion, numpang mobil pick up atau truck, berkonvoi kendaraan dan aktifitas lainnya. Saat itu dipikiran saya adalah saya tidak perlu melakukan itu semua untuk datang ke stadion dan mendukung tim saya bertanding tanpa ada kendala. Sepatu sneakers, kaos green shop dan celana army banyak kantong atau jeans pendek menjadi pilihan saya. Di kantong itu tersimpan handphone (HP), surat ijin mengemudi (SIM), surat tanda nomor kendaraan (STNK), kartu tanda penduduk (KTP), kartu tanda anggota (KTA) dan sejumlah uang. Ini saya lakukan untuk keamanan saya sendiri. Tambahan aksesoris seperti topi dan syal juga kadang saya bawa.

Sesampainya di stadion, kendaraan biasa saya parkir di kantor KONI dan disana calo tiket sudah menyambut. Jika pertandingan bergengsi atau lawan tim tertentu, harga tiket bisa dua kali lipat dan ludes di ticket box karena diborong calo. Saat itu, harga tiket normal sekitar Rp. 15.000,-. Biasanya saya ke stadion bersama teman-teman komunitas dekat rumah yang menamakan diri MASTER BONEK, atau kadang dengan teman SMA bernama Oyek.

Bonek dikenal berkawan dengan suporter Persib, Viking dan Bobotoh. Dari kaos hijau ini juga saya berteman dengan beberapa teman di Bandung. Pernah juga suatu ketika saat di Bandung saya disambut hangat mereka. Entah kebetulan atau tidak persahabatan antar dua suporter ini dipelesetkan seperti lagu kereta api “.... ke Bandung, Surabaya. Bolehkah naik dengan percuma.....”.

Semenjak saya hijrah ke Surakarta, saya sudah tidak lagi mengikuti perkembangan dunia sepakbola Indonesia. Ditambah lagi saat HP saya rusak, hilang semua nomor kontak teman-teman suporter lainnya. Ada rasa rindu ke stadion, bernyanyi, berteriak, dan berteriak “jancuk”. Rasa itu sedikit terobati saat membongkar lemari untuk menemukan KTA lama saya dan dua kaos yang biasa saya gunakan. Semoga kedepan bonek dan suporter lainnya rukun dan bersatu sehingga tidak ada lagi kerusuhan suporter yang memakan korban, karena kita Indonesia.

Salam satu nyali, wani!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun