Mohon tunggu...
prayogi aprilianto
prayogi aprilianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S2 Universitas Pertahanan Prodi Ekonomi Pertahanan

Mahasiswa S2 Universitas Pertahanan Prodi Ekonomi Pertahanan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kebijakan dan Ketahanan Energi Denmark

11 Mei 2023   18:34 Diperbarui: 11 Mei 2023   18:39 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Denmark merupakan salah satu negara yang telah lama berkomitmen dengan pengembangan energi berkelanjutan. Denmark mampu menjadi salah satu negara dengan konsumsi energi terbarukan terbesar di Uni Eropa dengan menempati urutan 4 sebagai penggungaan energi terbarukan pada listrik di negara-negara Uni Eropa. Konsumsi minyak turun 15,8% dan batu bara juga turun 70,2% dari tahun 1990 hingga 2018. Sedangkan konsumsi gas alam dan energi terbarukan naik 47,4% dan 610% pada tahun 2018. Dan melihat dari sumber energi listriknya Denmark juga mengalami peningkatan dalam penggunaan energi yang menuggunakan energi terbarukan (Saputra, 2021). Hal ini membuktikan keberhasilan kebijakan Denmark dalam melakukan transformasi energi dari energi fosil ke sumber energi terbarukan sebagai bentuk aksi untuk melawan pemanasan global.

Kebijakan Energi Denmark tidak terlepas dari serangkaian kebijakan diterbitkan oleh Uni Eropa terkait pemanasan global. Kebijakan Uni Eropa setidaknya memuat tiga fokus utama yang signifikan untuk menghindari ancaman terhadap keberlanjutan peradaban manusia yang disebabkan oleh kegiatan manusia terkait dengan alam (European Commission, 2021). 

Denmark mengimplementasikan perjanjian tersebut dengan membentuk tiga tiga agensi di bawah Kementerian Lingkungan Hidup, yaitu (1) The Environmental Protection Agency, (2) The Danish Geodata Agency, dan (3) The Danish Nature Agency. Dibawah tiga agensi tersebut, diterbitkan sebelas strategi yang spesifik tentang penanganan ancaman pemanasan global, sekaligus memastikan bahwa sebelas strategi yang dirancang berhasil diimplementasikan di seluruh kota-kota di Denmark (Yiwananda, 2021). 

Kesebelas strategi tersebut adalah (1) Climate Change Act 2014, (2) Energy Agreement 2012-2020, (3) The Forest Act 945, (4) Planning Act, (5) Law on the Promotion of Renewable Energy, (6) Environment Protection Act, (7) Carbon Dioxide Tax on Certain Energy Products, (8) Act on the Energy Tax on Mineral Oil Products, (9) The Danish Climate Policy Plan, (10) Green Transport Policy a greement, dan (11) Danish Strategy for Adaptation to A Changing Climate.

Keamanan pasokan adalah prioritas dari kebijakan energi Denmark. Strategi "Utilitas untuk Masa Depan", yang mencakup semua utilitas termasuk listrik, gas dan pemanas distrik, menempatkan fokus utama pada keamanan energi. 

Pemerintah berencana untuk meluncurkan sejumlah inisiatif dan analisis untuk memastikan tingkat keamanan pasokan yang tinggi dan berkelanjutan yang mencakup beberapa sektor sumber daya energi Denmark. Di sektor minyak, langkah-langkah ketahanan energi mencakup upaya untuk mempertahankan produksi minyak mentah dalam negeri, diversifikasi pasokan minyak mentah ke dua kilang minyak Denmark di Fredericia dan Kalundborg, diversifikasi impor produk olahan, dan stok darurat. 

Di sektor gas alam, tanggung jawab untuk keamanan pasokan terletak pada operator sistem gas, Energinet.dk. Pendekatan Denmark terhadap keamanan pasokan gas didasarkan pada peraturan Uni Eropa dan mencakup tiga tingkat krisis: Peringatan Dini, Siaga, dan Darurat. Energinet.dk dapat menggunakan beberapa alat jika terjadi gangguan pasokan untuk menjaga keamanan pasokan bagi konsumen. Di sektor kelistrikan, Energinet.dk dan perusahaan jaringan distribusi memastikan keamanan pasokan. 

Jaringan transmisi dan distribusi beroperasi dengan tingkat pemadaman yang rendah. Dengan meningkatnya pangsa pembangkit energi terbarukan yang bervariasi, fleksibilitas dan kecukupan sumber daya secara keseluruhan dalam sistem Denmark sebagian besar dicapai dengan tingkat interkoneksi yang signifikan dengan Norwegia, Swedia, dan Jerman. Interkonektor tambahan direncanakan atau sedang dibangun, termasuk ke Belanda, Inggris, dan kapasitas tambahan ke Jerman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun