Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Trunojoyo Kini Justru Rawan

18 Januari 2015   14:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:53 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1421539462796607913

Komjen Badrodin Haiti, Jenderal Sutarman dan Komjen Suhardi Alius (foto: tempo.co)

Kemelut masalah penggantian Kapolri dinilai agak mereda setelah pada Jumat (16/1/2015) malam Presiden Jokowi mengumumkan di istana Negara, menunda pelantikan Komjen Pol Budi Gunawan (BG) yang telah disetujui DPR RI dalam rapat paripurna pada hari Kamis (15/1/2015) sebagai calon tunggal Kapolri.  Presiden menegaskan pengangkatan BG ditunda tetapi tidak dibatalkan.

Sebelumnya Presiden Jokowi menyatakan menandatangani dua Keppres (Keputusan Presiden),  dan juga mengumumkan memberhentikan dengan hormat Jenderal Pol Sutarman sebagai Kapolri dan mengangkat Komjen Pol Badrodin Haiti sebagai Plt (Pelaksana Tugas) Kapolri.

Presiden membacakan keputusannya dengan didampingi Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno, Jenderal Pol Sutarman, dan Wakapolri Komjen POL Badrodin Haiti. Pada kesempatan itu Sutarman menyatakan menyerahkan tongkat komando kepada Badrodin dan menegaskan bah sejak itu maka tugas dan tanggung jawab sebagai Kapolri sudah berpindah ketangan Badrodin.

Kerawanan di Trunojoyo

Khalayak ramai sangat faham kalau kita menggunakan nama Trunojoyo, yaitu nama jalan dimana Kantor Mabes Polri terletak, dan bahkan sandi Kapolri dikenal sebagai Trunojoyo-1.

Mengapa penulis menggunakan kata rawan? Dalam terminologi  intelijen, kerawanan adalah salah satu fakta yang dicari oleh lawan dalam peperangan.  Lawan atau bakal lawan akan mencari pihak kita, selain kerawanan, juga kekuatan, kemampuan dan niat. Kerawanan ini adalah sebuah kelemahan yang apabila mampu diekploitir oleh pihak lawan maka akan menyebabkan timbulnya kelumpuhan, apabila rawannya dalam dan besar, bukan tidak mungkin akan menyebabkan kelumpuhan permanen.

Mengapa penulis menyebutnya rawan? Tadi petang penulis melihat di salah satu stasiun TV, dimana narasumber yang diwawancarai adalah Komjen Polisi (purn) Oegroseno. Mantan Wakapolri (2 Agustus 2013 - 4 Maret 2014) yang alumnus Akpol 1978 ini kemudian yang digantikan oleh Badrodin Haiti. Karena itu penulis menyimak apa yang  dikatakannya sebagai narsum terpercaya (Mantan Wakapolri). Oegro relatif belum terlalu lama meninggalkan Trunojoyo, dia sebelum pensiun adalah wakil dari Sutarman.

Kemelut atau yang disebut juga sebagai   kontroversi menyangkut  pencalonan BG beberapa waktu lalu membuat getaran yang agak kuat, menyangkut beberapa institusi,diantaranya  Istana, DPR, Polri, Polhukkam, Kompolnas dan KPK. Kemudian muncul sikap pro dan kontra bermacam-macam pendapat. Semuanya wajar dalam iklim demokrasi yang kita anut, siapa saja boleh bicara dan menyampaikan pendapat.

Nah, presiden mengambil keputusan, memberhentikan Sutarman sebagai Kapolri, mengangkat Wakapolri sebagai Plt Kapolri, dan menunda pengangkatan dan pelantikan BG sebagai Kapolri. Apakah dengan demikian suasana menjadi dingin? Nampaknya tidak juga. Bermacam diskusi kembali muncul dimana-mana, ini komoditas media yang mengasikkan, walau agak kalah dengan berita eksekusi mati enam orang yang terlibat kasus narkoba. Belum lagi sebelumnya terjadi mutasi terhadap Komjen Suhardi Alius, Kabareskrim ke Lemhannas. Media menjadi lebih menyukai berita-berita yang mengejutkan itu. Penulis dalam hal ini tidak akan masuk ke substansi masalah pergantian dan mutasi lebih dalam, untuk menjaga netralitas artikel sebagai blogger senior (usia 67, alumnus Akabri Udara 1970).

Yang menarik, Oegroseno mengingatkan bahwa supaya Badrodin segera membuat pernyataan yang mendinginkan suasana. Yang terpenting dia mengingatkan bahwa Polri adalah sebuah organisasi yang besar, penegak hukum dan bersenjata. Oegroseno menyarankan agar Komjen Budi Gunawan berbesar hati menyampaikan pengunduran diri. Menurutnya siapa yang dijadikan tersangka oleh KPK, umumnya akan ditahan dan diproses ke pengadilan.

Nah, mencermati masalah tersebut, penulis justru menjadi ikut khawatir, karena kini seberapa besar Badrodin sebagai Plt Kapolri berhasil memegang Kodal (Komando dan Pengendalian) ? Oegro yang sangat faham dengan kondisi internal Polri mengkhawatirkan bahwa apabila tidak cepat dilantik Kapolri baru maka Polri akan dipimpin  bintang tiga dalam waktu yang tidak jelas, bagaimana para pejabat teras bintang tiga juga dipimpin bintang tiga. Apakah ada yang dikhawatirkan? Mungkin saja. Di Polri (yang masih memakai pangkat bintang), pengaruh, citra dan keseganan selain jabatan juga kepada berapa bintang di pundak seseorang itu.

Polri secara singkat ditetapkan oleh UU dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab terhadap keamanan dalam negeri, dan dalam UU tentang TNI bertanggung jawab terhadap pertahanan Negara.  Pada Tahun 2013, Presiden SBY mengeluarkan  Inpres Nomor. 2/2013 tentang peningkatan efektifitas penanganan gangguan Keamanan Dalam Negeri yang Kodalnya berada di tangan Polri.  Dalam tertib sipil,  penanganan konflik dengan melibatkan aparat TNI, maka komando dan kendali tetap di Polri,  (meski ada perbantuan pasukan dari TNI).

Tidak terbayangkan apabila Polri hanya dipimpin oleh Plt dengan bintang tiga, maka dalam melaksanakan kodal (misalnya) sesuai Inpres diatas, apakah semua akan berjalan lancar, bintang tiga memegang kodal ke institusi  yang dipimpin bintang empat. Pengaruh psikologis antar TNI dan Polri saja sulit terbayangkan. Keduanya instansi yang berbeda, Polri bukan militer.  Ini efek lain yang sebaiknya diperhatikan pimpinan nasional. Jelas akan ada konsekwensi-konsekwensi yang merugikan di masa mendatang.

Nah, dengan contoh diatas, nampaknya memang Trunojoyo justru kini rawan. Dalam waktu dekat mungkin kepemimpinan di Polri masih kuat, tetapi apabila pelantikan atau penetapan Kapolri pengganti Sutarman tetap tergantung dalam waktu yang cukup, dapat diperkirakan akan ada yang manabuh gendang dan Trunojoyo akan diajak menari sessuai irama gendang.

Sebagai penutup, penulis mengingatkan bahwa sebagai penegak hukum, penanggung jawab Kamdagri, beban Polri sungguh berat. Intelijen kini membaca bahwa ancaman terhadap bangsa dan negara semakin luas dan beragam, sulit  dapat diprediksikan.

Ancaman terhadap kepentingan dan keamanan nasional tidak lagi bersifat tradisional, tetapi lebih banyak diwarnai ancaman nontradisional. Hakekat ancaman telah mengalami pergeseran makna, bukan hanya meliputi ancaman internal dan/atau ancaman dari luar yang simetris (konvensional) melainkan juga asimetris (nonkonvensional) yang bersifat global dan sulit dikenali serta dikategorikan sebagai ancaman dari luar atau dari dalam.

Penulis sejalan dengan Komjen Pur Oegroseno yang menyarankan, agar Komjen Pol Budi Gunawan sebaiknya mengundurkan diri sebagai calon Kapolri dan menghadapi serta menyelesaikan urusannya dengan KPK. Ketua KPK sangat yakin bahwa mereka sudah memiliki dua bukti awal dan bahkan lebih. Apabila pemberkasan sudah lebih dari 50 persen, maka BG akan ditahan. Kita tidak tahu berapa lama proses berjalan, karena kabarnya minggu depan KPK akan mulai memeriksa saksi-saksi.

Kebesaran BG paling tidak,  akan menyelamatkan institusi dimana dia telah dibesarkan, dan yang jauh lebih penting Polri akan kembali tegar dalam menangani ATHG terhadap bangsa dan Negara ini. Tindak terorisme  semakin berbahaya serta perusakan jaringan narkoba semakin meluas. Di lain sisi, mungkin keputusannya  akan meringankan beban serta tekanan psikologis yang dialami presiden yang kini mungkin ewuh pekewuh.

Pengabdian seseorang sebagai abdi Negara akan dicatat, bukan hanya dari kedudukan, tetapi kebesaran hati dan apa yang kita perbuat kepada bangsa dan negara. Masyarakat  akan jauh lebih menghargai anda dari kebesaran hati,  tidak usah khawatir.  Salam Pray.

Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen www.ramalanintelijen.net

Artikel terkait :

-Jokowi Seperti SBY Digiring ke Killing Ground,  http://ramalanintelijen.net/?p=9452

-Budi Gunawan Di Schackmatt Oleh KPK, http://ramalanintelijen.net/?p=9441

-Komjen Budi Gunawan Calon Terkuat Sebagai Kapolri,  http://ramalanintelijen.net/?p=9345

-Awal Kepemimpinan Jokowi Sudah Sangat Benar, http://ramalanintelijen.net/?p=8950

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun