Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Terima Kasih, Semoga Tuhan Membalas Kebaikan Anda

6 Desember 2009   03:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:03 1296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kemarin Sabtu (5/12) penulis merasa sangat berbahagia dan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Swt, dengan perkenannya sebagian kumpulan artikel di Kompasiana telah di terbitkan oleh penerbit Grasindo menjadi sebuah buku dengan judul "Intelijen Bertawaf." Pada kesempatan ini penulis mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada semua yang telah  membantu dari proses penerbitan hingga terselenggaranya peluncuran buku tadi. Khusus penulis sampaikan terima kasih kepada Bang Dali Taher, yang membantu sebagai MC, Rosianna Silalahi yang bertindak sebagai moderator, Mas Edy Taslim, Pak Hendropriyono dan Pak Chappy Hakim sebagai pembicara. Tidak lupa juga terima kasih kepada manajemen Essence Apartment, Admin Kompasiana dan Kompas.com, Tim Metro TV dan SCTV, SK Media Indonesia,  Organ Mas Edy, Catering Akasya, teman-teman Group Inbox, Tim Detasemen Intel Komando Operasi AU-I,  para handai tolan dan khususnya kompasianers yang telah menyempatkan datang. Senang bertemu dengan teman yang biasanya hanya sebagai teman virtual, kini bertemu langsung, wah rata-rata kompasianers itu mayoritas masih muda-muda. Terima kasih kepada Honny yang telah memberi hadiah foto saya dengan beberapa kompasianer...katanya Uti, fotonya keren. Tidak lupa secara khusus terima kasih kepada Yuni Shara yang telah melantunkan lagu merdu dan memukau itu. Pada tamu undangan, Pak Sudrajat, mantan Dubes RI untuk Cina, Panglima Koopsau-I, Mantan Sekjen Dephan, Mantan Wakasau, para perwira tinggi paguyuban Purboyo dan Ada Perdana, Para dokter dari komunitas Klikdokter, Ibu Dekan Fakultas Kedokteran yang cantik, Ketua Alumnus Fakultas Kedokteran, Deputy Meneg BUMN pak Muhayat, Ferari Anggota DPR RI Fraksi Partai Demokrat, dan juga tidak lupa kepada Pak Bob Tutupoli serta Mas Koeshendratmo dan Isteri. Acara tersebut tidak terasa setelah dibuka oleh Bang Dali, dibawa menjadi acara segar, dengan jenaka, dimana para hadirin menjadi tertarik dan terfokus pada subyek yang ada di stage. Memang benar Pak Chappy, Dali itu hebat, pengetahuannya luas, "Thanks Bro" begitu kita mengucapkan terima kasih diantara sesama teman kelompok usia senja.  Penulis kurang sependapat kalau acara disebut bedah buku, karena buku itu merupakan kumpulan artikel dengan back ground disiplin intelijen. Berbeda dengan buku sangat serius yang ditulis Pak Hendro dengan judul "Terorisme, Fundamentalis, Kristen, Yahudi, Islam". Jadi acaranya ya berbicara tentang buku saja deh. Rosi sebagai moderator adalah orang yang handal, pernah  mewawancarai Presiden George Bush saat berkunjung ke Jakarta. Sosok wanita tegas, serius, penulis mengenalnya sebagai salah satu sahabat anak penulis yang bersama-sama Rosi berkarier di media elektronik. Mas Edy Taslim mewakili Kompas.com dan Kompasiana memberi latar belakang peluncuran buku, terima kasih Mas Edi. Pak Chappy kemudian menjadi pembicara, memberikan tanggapan tentang buku dan penulisnya, lengkapnya ditulis beliau pada artikel Intelijen Bertawaf di kompasiana. Memang Pak Chappy mampu memberikan masukan dan pencerahan terhadap beberapa hal. Itulah kelebihan dari pendidikan dan pengalamannya sebagai mantan Kasau, Marsekal berbintang empat, baik di dunia militer ataupun setelah  purna. Dulu beliau adalah atasan penulis saat masih aktif, dan kini setelah purna, beliau "my best friend"...Hormat saya Pak Chappy. Kemudian Pak Hendropriyono, sosok seorang jenderal bintang empat yang tidak kita ragukan lagi bobotnya. Mantan Kepala BIN pula...Terlebih setelah beliau berhasil mempertahankan desertasinya di UGM dalam langkahnya menjadi seorang Doktor Filsafat. Jenderal ini waktu masih kecil sama-sama dengan penulis, bagian dari komunitas anak Kemayoran. Pak Hendro menjelaskan inti dari artikel tersebut, serta memberikan pencerahan kepada "para tetamu" terhadap masalah Intelijen dan Teroris. Semuanya jelas dan menjadi lebih gamblang. Salam hormat saya pak Hendro, senior yang saya hormati, banggakan, sahabat saya. Kita nantikan, pak Hendro katanya akan menjadi member di Kompasiana. Pada saat Rosi mempersilahkan penulis berbicara, terpaksa seperti di Televisi itu, acara ditunda dahulu...ada yang mau lewat..." Yuni Shara" dimunculkan, menyanyikan tiga buah lagu....bukan main, penyanyi mungil ini awet muda, masih cantik, suaranya merdu, cara membawakan lagu memikat. Semua terfokus, nikmat dan nyaman, kemudian Yuni mengajak penulis menyanyikan mengisi penggalan lagu "Di dadamu tersimpan kumisku, ada jantungmu, ada kupingmu"...heheheh...lupa, hanya ingat saat dibisiki oleh Yuni. Untung bisa, malu ada Om Bob dan Mas Koes yang melihat dengan senyum. Alhamdulillah acara hiburan selesai, karena Yuni harus berangkat ke Balipapan, "Maaf ya Pak, ada Job," kata Yuni,...iya deh Yuni selamat jalan, sukses selalu. Kemudian setelah kembali ke "lap top", bagian penulis memberikan penjelasan tentang pertanyaan beberapa kompasianer "new comer" yang menanyakan kenapa pakai istilah Intelijen Bertawaf? Nah, penulis menjelaskan semuanya, dan sebetulnya semuanya sudah  teruji di kompasiana, asalkan para penulis dan penanggap membaca archive yang ada di halaman profil. Tetapi tidak apa-apa, namanya kan orang bertanya, boleh saja kan? Mudah-mudahan jelas deh, penulis mendapat pengalaman gaib rahmat Allah setelah melaksanakan Tawaf di Masjidil haram. Ini sangat terkesan hingga kini, dan menjadi sebuah pegangan hidup. Di dalam hidup kita sebaiknya selalu bergerak dengan teratur dan terstruktur, agar kita tidak lemot, tetap cerdas dan sukses. Tawaf pada hakikatnya adalah gerak, yang teratur dan terstruktur, itu adalah kodrat Illahi. Setelah semua acara selesai, giliran makan siang, penulis dibantu Uti (Isteri tercinta), dipilihkan menu masakan, ada Nasi rames Jawa Tengah, dengan lauk Tahu Bacem, Terik daging, perkedel jagung, kerupuk, oseng tempe, lodeh tahu, sambel goreng kentang dan ati dan sambal terasi. Ada juga  Lontong Kikil dengan lontong yang lembut, kikil yang gurih, juga tersedia Bubur Betawi, ini bubur khusus, hanya anak Kemayoran yang tahu, dengan daging, asinan, semur tahu, emping serta bumbunya, kerupuk.  Nah, penulis meminta isteri menambah masakan "Brongkos"...ternyata benar, makanan ini termasuk yang di sukai oleh banyak orang, top merkotop, karena yang membuat "Sang Uti", ini salah satu sarana pada awal penulis berkenalan dengan Uti, karena Nasi Brongkosnya itu. Pasti anda setuju dengan makanan tradisional nun lezat itu kan? (Maaf yang tidak datang, sementara dibayangkan dahulu ya). Sebagai penutup, Catering "Akasya" yang telah menjadi langganan penulis selama 15 tahun juga menyiapkan warung kopi, ada Teh, Kopi, Mixed Juice, air mineral, Serabi, Tuna Pie, Sosis Brood, Pancake dan Es Puter. Nah itulah semua menu, dan Alhamdulillah makanan masih banyak tersisa, tidak habis oleh tamu yang berjumlah sekitar 200 orang itu. Untuk para petugas di luar, Provos, Parkir, anggota Den Intel, dan para sopir tamu-tamu, disiapkan 70 box makan oleh Uti yang baik hati itu. "Saya siapkan Pa, kan kasihan kita didalam gedung makan, mereka yang diluar gedung makan dimana, biasanya mereka dilupakan," kata Uti. Terima kasih ya Uti, terima kasih dukungannya. Memang baik hati sekali perhatiannya kepada rakyat kecil. Setelah acara resmi selesai, penulis di wawancarai oleh Metro TV, Media Indonesia dan Kompas.com. Tertayang di Metro TV peryataan berupa text "Prayitno, Teroris di Indonesia bermotif politik." Kompas. Com menanyangkan hasil wawancara  pernyataan.presiden.soal.aksi.9.desember.untuk.counter juga /Prayitno.Teroris.di.Indonesia.Punya.Motif.Politik . Itulah semua rangkaian acara, semoga apa yang telah kami lakukan menjadi penambah semangat menulis bagi para kompasianer lainnya. Mohon maaf kalau ada yang kurang pas atau ada kesalahan selama acara berlangsung. Terima kasih sekali lagi atas segalanya, saya berdoa semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala budi budi baik anda, termasuk yang ikut mendoakan dari jauh yang tidak sempat hadir. Salam Kompasiana. PRAYITNO RAMELAN, Kompasianer Yang Berbahagia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun