[caption id="attachment_85379" align="aligncenter" width="640" caption="Gayus Tambunan/Admin (KOMPAS)"][/caption] Suatu sore penulis mendapat BBM dari seorang presenter sebuah stasiun TV yang mengatakan telah membaca artikel penulis di Kompasiana dengan judul Gayus, Ujung Mafia, Tantangan bagi KPK. Kemudian dia menanyakan kalau kasus Gayus dibongkar tuntas, kabarnya negara ini akan goncang, dimana dan kenapa goncang? Toh kalau menyangkut perusahaan yang terkait dengan Aburizal Bakrie, publik sudah banyak mengetahui dan tidak ada goncangan apa-apa, begitu pertanyaannya. Nah, penulis mencoba menuliskan artikel ini untuk mencoba memberikan sedikit masukan baik untuk teman tadi ataupun pembaca sekalian, kira-kira dimana, kenapa dan bagaimana getaran akan terjadi? Lebih bahaya lagi apabila ada hantaman semacam 'wedus gembel' yang tidak diperkirakan tetapi mampu melumat apa saja yang menghalangi. Mari kita lihat ulang kasus Gayus tersebut. Kasus tersebut dilakukan seorang pegawai pajak yang tidak begitu tinggi pangkatnya, mampu membius sekitar 151 perusahaan dengan cara pat gulipat dalam membayar pajak. Menteri Keuangan, Agus Martowardojo menegaskan 151 berkas wajib pajak yang diserahkan instansinya kepada Mabes Polri pada pekan lalu, tidaklah serta-merta berarti perusahaan-perusahaan tersebut telah melakukan pelanggaran. “Berkas itu 149 dokumen, ditambah dua. Kasus itu tidak semua harus dikatakan salah ya,” kata Agus Martowardojo. Kalau kita teliti dari daftar ke-151 perusahaan tersebut, maka beberapa perusahaan dikenal sebagai perusahaan asing milik negara besar, disamping memang sebahagian besar adalah perusahaan lokal. Nah, kini kita bayangkan, bagaimana apabila ada perusahaan asing terlibat dalam pat gulipat pembayaran pajak. Benar atau salah, maka negara yang bersangkutan penulis yakin akan mencoba menetralisir kemungkinan terbukanya perusahaan mereka dalam kasus pajak tersebut. Dengan arti kata lain maka institusi resmi (negara) yang bersangkutan akan mati-matian membela/membebaskan dari pengadilan. Bagaimana caranya? Itu pertanyaan pokoknya. Kita kembalikan kepada pemerintah, serta aparatur yang menangani kasus Gayus tersebut. Kitapun banyak yang heran bagaimana Gayus mampu bepergian keluar penjara dan bahkan hingga ke luar negeri. Ini artinya memang ada yang membantu mengaturnya. Dan kita juga heran, kenapa Gayus yang sudah sampai Macau kok balik ke Jakarta? Jawabnya hanya satu "power full." Artinya Gayus dan sindikatnya yakin dan mungkin sudah mempunyai jaminan karena memiliki 'bargaining power' yang cukup kuat di dalam negeri. Yang kemudian menjadi pertanyaan, siapa lagi yang terlibat dalam jaringannya? Ini akan menyangkut nama-nama besar lainnya. Mungkin tidak satu institusi, dan bukan tidak mungkin ada yang terlibat dari lain institusi. Tetapi, penulis mencoba mengingatkan, apakah bahaya hanya karena kasus terbongkar dan akan menunjukkan kebobrokan aparatur? Jawabnya bukan itu. Bahaya potensial yang mengancam justru berasal dari luar. Negara-negara yang perusahaannya terlibat, akan melindungi entah bagaimana caranya. Mereka akan melakukan pendekatan, bahkan dengan menghalalkan cara. Masuknya sebuah perusahaan kedalam pengadilan, jelas akan menghancurkan kredibilitas ataupun citra perusahaan tersebut, plus nama negaranya. Tidak bisa dibayangkan kerugian sebuah perusahaan raksasa apabila terbukti menggelapkan pajak di negara lain. Jelas remuk namanya. Nah, disinilah bahaya yang mesti dihitung oleh pemerintah serta aparatur negara. Pilihan seperti buah simalakama, dimakan Ibu mati tidak dimakan bapak yang mati. Mau dibongkar tuntas, pemerintah harus bersiap berhadapan dengan negara-negara besar tersebut, tidak dibongkar akan berhadapan dengan rakyat. Jadi memang dibutuhkan sikap tegas dan bijak, berani tetapi penuh perhitungan. Kesimpulannya yang bertarung bukan negara dengan negara, tetapi negara lain dengan pemerintah yang berkuasa di Indonesia. Mana yang lebih berbahaya? Penulis pikir, para inner circle sudah membuat sebuah perkiraan intelijen dengan meninjau sembilan komponen intelijen strategis. Jadi....marilah kita tunggu kelanjutan kasus ini, siapa pemegang kendali, apakah KPK? Kebijakan dan ketegasan pemimpin sangat dibutuhkan kini. Apabila terjadi getaran, bahkan letupan kasus, bak meletusnya Gunung Merapi, wedus gembel akan bisa membakar habis, bahkan kalau perlu penguasa bisa mereka target untuk dilengserkan demi untuk sebuah kepentingan mereka yang lebih besar. Menurut penulis bisa saja ini terjadi, karena bukankah kepentingan yang abadi adalah kepentingan nasional sebuah negara? PRAYITNO RAMELAN, Yang Agak Khawatir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H