Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Awal Kepemimpinan Jokowi Sudah Sangat Benar

24 Agustus 2014   05:13 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:43 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemenangan-Barack-Obama-Joko-Widodo-dinilai-serupa-talkmen.com_

Dua Tokoh, Barack Obama dan  Jokowi ( Foto : harianjogja.com)

Majelis hakim  Mahkamah Konstitusi pada Kamis (21/8/2014) malam akhirnya menolak seluruh gugatan yang diajukan pasangan capres Prabowo-Hatta  atas sengketa Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2014. Ketua MK, Hamdan Zoelva  saat membacakan putusan di Gedung MK menyatakan,  "Menolak permohonan pemohon untuk seluruhnya." Dengan keputusan tersebut, pasangan Jokowi-JK sah menjadi pemenang Pemilu Presiden 2014. Presiden dan wakil presiden terpilih tersebut akan dilantik pada 20 Oktober 2014. Dengan demikian, timbul pertanyaan, apakah  pasangan Jokowi-JK apakah sudah aman untuk memimpin? Menurut penulis inilah saatnya memikirkan kemungkinan ancaman lain yang lebih besar dan mungkin timbul bagi bangsa ini. Ancaman yang  terkait dengan keamanan dan dapat mengimbas bidang-bidang lainnya. Keamananan adalah sebuah kondisi yang harus diciptakan, tidak akan datang dengan sendirinya. Memang bangsa ini banyak diakui dunia internasional dinilai hebat, sukses melakukan pemilu dan pilpres dengan aman, ditengah kekhawatiran terjadinya  chaos karena besarnya potensi  konflik. Dalam proses pilpres, masyarakat Indonesia merasakan telah terbelah dua dalam kubu masing-masing pendukung. Alhamdulillah, kini sudah tercapai kepastian hukum dengan keputusan Mahkamah Konstitusi itu, kita bersiap menjalani era kepemimpinan baru dibawah Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Koalisi Merah Putih pendukung calon presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menyatakan mengakui keputusan Mahkamah Konstitusi sebagai hasil akhir Pemilu Presiden 2014.  Dalam jumpa pers di Hotel Grand Hyatt, Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (21/8/2014) malam,  juru bicara Koalisi Merah Putih, Tantowi Yahya, mengatakan,  "Kami Koalisi Merah Putih mengakui keputusan MK sebagai institusi yang menangani, mengadili, dan memutuskan hasil akhir pilpres."  Jumpa pers  diikuti oleh para Sekjen partai-partai Koalisi Merah Putih dan beberapa elitnya. Hadir dalam acara itu, Sekjen Partai Golkar Idrus Marham, Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani, Sekjen Partai Bulan Bintang, BM Wibowo, Sekjen PPP, Romahurmuziy, Sekjen PAN Taufik Kurniawan, Sekjen PKS, Taufik Ridlo. Mengapa penulis mennyatakan bahwa kepemimpinan Jokowi sudah sangat benar? Ini jelas sangat terkait dengan penilaian ancaman, yang bisa datang dari dalam maupun luar (internal maupunexternal threat). Ancaman dari dalam akan lebih mudah membacanya, karena bangsa Indonesia kini sudah lebih cerdas dalam penerapan sistem demokrasi, media lebih terbuka, umumnya segala sesuatu menjadi lebih transparan. Ancaman yang jauh lebih berbahaya dan sulit dibaca adalah ancaman yang berasal dari luar negeri. Ancaman tersebut sangat terkait dengan kepentingan negara lain di Indonesia. Kehancuran Sebuah Negara Yang Direncanakan Dari fakta intelijen kita bisa melihat bahwa dari berbagai contoh peristiwa bahwa sebuah negara sangat dengan mudah dikondisikan, diobok-obok, dipecah belah. Sebagai contoh, misalnya, Dalam perang antara pejuang mujahidin melawan tentara Uni Soviet selama invasi Soviet ke Afghanistan, bantuan yang diberikan oleh AS kepada mujahidin  berupa peralatan  tempur dan pelatihan perang termasuk senjata canggih seperti FIM-92 Stinger. Akhirnya, Al-Qaeda dan Taliban muncul sebagai pemegang kekuasaan utama di Afghanistan. Setelah berkuasa, kepemimpinan pemerintah Taliban kemudian dijatuhkan oleh AS, Afghanistan diserbu dan konflik internasional terjadi antara AS melawan Al-Qaeda, sebagai akibat dari serangan WTC dalam peristiwa 911 yang dituduhkan kepada Al-Qaeda. Para tokoh Al-Qaeda dilenyapkan satu persatu. Konflik antara Israel dan negara-negara Arab yang telah berlangsung beberapa dekade, telah digambarkan sebagai perang proxy, dimana sejak awal, Israel bertindak sebagai proxy untuk Amerika Serikat dan proxy Uni Soviet berada pada kubu  Mesir, Suriah,  dan Lebanon.  Menurut  Profesor Ilmu Politik Stephen J. Cimbala, dari Pennsylvania State University, teater ini merupakan  wilayah  perang dingin terbesar, dan kemunduran bagi AS setelah Perang Yom Kippur pada tahun 1973. Dua sekutu AS,  Arab Saudi dan Iran (di bawah Syah Iran) lepas dari pengaruh Amerika, yang mengarah pada krisis minyak tahun 1973, serta terjadinya Revolusi Iran akhirnya pada tahun 1979. Stabilitas dan keteguhan Irak dibawah Saddam Husein dianggap sebagai duri dan ancaman yang harus dinetralisir, disamping Suriah dengan Bashar al-Assad yang sewaktu-waktu akan mengancam Israel. Titik rawan kedua negara tersebut adalah adanya persaingan antara pengikut Islam Sunni dengan Syiah, disamping kuatnya pengaruh pemerintahan Syiah di Iran. Kerawanan adalah titik lemah yang apabila dieksploitir akan bisa menyebabkan kelumpuhan dan kehancuran permanen. Konflik Syiah dan Sunni itulah titik rawannya. Sebuah dokumen dengan nama A Clean Break, dengan judul "A New Strategy for Securing the Realm" adalah dokumen kebijakan yang disiapkan pada tahun 1996 oleh sebuah kelompok studi yang dipimpin oleh Richard Perle (mantan Asisten Menhan AS) untuk Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel saat itu. Laporan ini menjelaskan pendekatan baru untuk memecahkan masalah keamanan Israel di Timur Tengah dengan menggunakan nilai-nilai Barat. Sebuah kebijakan baru yang agresif yaitu penghapusan Saddam Hussein dari kekuasaan di Irak, dan melibatkan Suriah  dalam perang proxy. Pada akhir Desember 2010, gelombang revolusioner berupa demonstrasi luas anti-otoriter dan protes awalnya dipicu di Tunisia, kemudian gelombang protes menyebar ke seluruh Timur Tengah dan Afrika Utara, dikenal sebagai Arab Spring.  Suriah merupakan salah satu negara yang terkena gelombang revolusioner ini sejak Maret 2011. Pembangkangan sipil, dimana pengunjuk rasa menuntut reformasi demokrasi dan ekonomi kepada pemerintah Bashar al-Assad. Pengunjuk rasa menerima bantuan dari negara-negara asing, terutama Amerika Serikat.  Pada April 2011, Presiden Suriah Bashar al-Assad mengerahkan militer untuk memadamkan pemberontakan, yang justru mengakibatkan kerusuhan pecah. Pemberontakan kemudian berkembang menjadi pemberontakan bersenjata. Konflik pecah antara pemerintah Suriah yang dipimpin oleh Bashar al-Assad, seorang Alawit (cabang dari Islam Syiah), dengan sebagian besar kelompok  oposisi dari kelompok Islam Sunni. Assad menerima bantuan dari Iran, negara Syiah terbesar di dunia, Hizbullah (Syiah di Lebanon) dan Rusia. Konflik menjadi  kompleksitas, dimana di oposisi juga muncul  kelompok sekuler Syria Free Army,  yang didanai oleh Amerika Serikat, Front Islam Fundamentalis, yang dipersenjatai oleh Sunni (terutama Arab Saudi), Front Al-Nusra (Al-Qaeda),  kelompok Kurdi dan ISIS. Hingga kini Suriah menjadi negara yang remuk dengan permasalahan internalnya, rakyatnya benar-benar menderita. Demikian juga dengan yang terjadi di Irak, dimana timbul konflik sektarian yang meluas dan terus terjadi aksi bom bunuh diri, hingga pemerintahan PM Irak, Nouri Maliki mengundurkan diri dibawah tekanan dari AS. Banyak hal di dunia yang perlu diketahui, misalnya tentang  doktrin Bush yang disampaikan di depan Kongres AS pada tanggal 20 September 2002, dengan judul “The National Security Strategy of United States of Amerika”.  Prinsip ini dikembangkan saat itu, berupa ancaman Presiden Bush kepada semua negara, “If you are not with us, you are against us” (kalau tak mendukung kami, anda adalah musuh kami). Untuk mengamankan kepentingannya, Amerika Serikat membentuk sebuah organisasi intelijen bernama  P2OG (“Proactive Pre-Emptive Organization Group”), dengan tugas melakukan operasi-operasi intelijen atas dasar “pukul dahulu urusan belakang” (Frank Morales, 2005). Ditengah konflik Irak dan Suriah, muncul ISIS sebagai kelompok bersenjata dibawah kepemimpinan Abu Bakr al-Baghdadi. ISIS (ISIL) adalah kelompok yang mengobarkan semangat jihad mengatas namakan Islam dengan caranya yang brutal dan kejam. Edward Snowden mantan pegawai NSA dan agen CIA menyebutkan bahwa ISIS merupakan bagian dari strategi penciptaan destabilisasi kawasan Timur Tengah. Merupakan kelanjutan dari dokumen A Clean Break. ISIS digambarkan sebagai manifestasi dari pengaruh Al-Qaeda. Namun, akan lebih akurat untuk menyebutnya manifestasi dari Pentagon di bawah pengaruh elit neokonservatif. Sebuah kegiatan intelijen rahasia yang dilakukan CIA, walau dibantah adalah pengiriman senjata dari Libya (setelah Khadafi jatuh) ke kelompok pemberontak di Suriah melalui kelompok moderat (Jamal Maarouf, tentara bayaran yang mengoperasikan Suriah Front Revolusioner (SRF) yang dibuat oleh CIA dan Saudi dan intelijen Qatar. Dilibatkan juga aparat intelijen Australia serta MI6 dari Inggris. Senjata asal Libya kemudian banyak diserahkan ke pemberontak Front Al-Nusra dan kemudian mengalir juga ke ISIS. Kelompok neokonservatif di AS memromosikan kebijakan luar negeri intervensionis untuk memromosikan demokrasi dan membela Israel. Mereka adalah pendukung terkuat Perang Irak pada tahun antara  2002-2011. Banyak dari 'neokonservatif' awalnya dianggap liberal atau berafiliasi dengan Partai Demokrat AS pada waktu sebelumnya. Neokonservatif bersedia untuk bertindak secara sepihak ketika mereka percaya melayani posisi moral untuk melakukannya, seperti penyebaran demokrasi utamanya. Antara Jokowi dan Amerika Serikat Begitu pasangan Capres Jokowi dan Cawapres Jusuf Kalla dinyatakan menang oleh KPU, pada tanggal 23 Juli 2014 pagi sekitar jam 11.00 WIB, Jokowi menyatakan telah ditelpon oleh Presiden AS Barack Obama.  Menurut Jokowi, dalam perbincangan yang berlangsung lewat telepon tersebut, ia dan Obama telah berjanji untuk berbincang lebih banyak nanti waktu pertemuan yang akan dilaksanakan di China bulan  November mendatang pada sidang APEC (Asia-Pasific Economic Cooperation). Acara tersebut akan dihadiri oleh sejumlah kepala negara, termasuk dirinya Selain menyampaikan ucapan selamat, dikatakannya bahwa Presiden Obama juga menyampaikan harapannya pada hubungan antar dua negara. "Ya kita ingin memperkuat lagi hubungan antara Indonesia dengan Amerika," kata Jokowi. Tanggapan serius AS yang berupa ucapan selamat kepada Jokowi merupakan penghargaan  yang harus dibaca dengan dasar beberapa fakta serta contoh yang penulis sampaikan diatas. Para politisi serta baik key formal ataupun key informal individual di AS yang terlihat besar pengaruhnya dalam mempengaruhi politik luar negeri AS adalah kelompok neokonservatif dengan beberapa prinsip dasar kepentingannya. Kelompok elit penekan di AS terutama terus memperjuangkan masalah demokrasi, Hak Asasi Manusia serta kesetiaan kepada sekutu utamanya. Berbicara masalah sekutu, AS akan terus membela Israel hingga kapanpun. Kelompok AS yang dianggap sekutu terpercaya adalah Inggris, Australia, Canada dan New Zealand (tergabung dalam kelompok Lima Mata). Dalam posisi politik masa kini, kebijakan pemerintahan Presiden Barack Obama lebih terfokus ke kawasan Asia Pasifik, lebih khusus ke kawasan Laut China Selatan. Oleh karena itu, AS akan menilai semua negara-negara di kawasan tersebut, sebagai deputinya jelas Australia yang dipercayainya. Di Asia Tenggara, menurut penulis yang masih menjadi ganjalan AS adalah Malaysia, karena kepercayaan pemimpinnya yang sama sekali tidak suka di dikte oleh AS. Malaysia adalah negara yang terlalu percaya diri, disaat banyak negara mampu menyesuaikan diri dengan kondisi dan perkembangan lingkungan yang berlaku, percaya dirinya terlalu tinggi. Mereka kurang luwes dalam menyikapinya. Negara-negara Barat, terutama AS kurang suka dengan penerapan demokrasi di Malaysia yang serba tanggung. Penulis perkirakan Malaysia akan menjumpai masalah dikemudian hari nanti. Dalam masalah demokrasi, Indonesia telah membuktikan bahwa pemilu sebagai sarana demokrasi telah dilaksanakan dengan sukses, walaupun ada saja yang menilai masih terdapat kekurangannya. Secara hukum kini posisi pemenang menjadi kuat untuk dapat dilantik. Semua berjalan dengan aman sesuai dengan prinsip demokrasi. Mengenai masalah HAM (Hak Asasi Manusia), Jokowi jelas harus berhati-hati dalam menyikapinya. Sebagai capres terpilih dengan kekuatan bagian dari rakyat, Jokowi dinilai jelas berbeda, tidak akan menyia-nyiakan rakyatnya. Bukan tidak mungkin akan munculnya keinginan dibukanya masalah pelanggaran HAM masa lalu, tergantung bagaimana menyikapinya. Jokowi sebaiknya tidak menempatkan mantan pejabat yang pernah tercatat dalam masalah pelanggaran HAM sebagai pejabat terasnya. Ini masalah prinsip yang sebaiknya dipegang teguh demi pengamanan. Dengan demikian maka Jokowi menurut penulis di awal gambaran sebagai calon  pimpinan nasional bangsa Indonesia sudah sangat benar. Akan melanjutkan prinsip-prinsip demokrasi yang sudah ditata oleh pemerintahan Presiden SBY. Kecil kemungkinan akan terjadinya pelanggaran HAM dimasa yang akan datang. Indonesia penulis perkirakan akan membangun hubungan yang lebih baik dengan AS. Kita bukan menjadi sekutu  AS, tetapi Indonesia yang bermartabat dibawah Jokowi akan mampu menempatkan dan memosisikan diri dan negaranya dalam pergaulan internasional sejajar dengan negara lainnya, bersahabat. Kita harus pintar-pintar menghadapi pergaulan dengan AS pastinya. Cara diplomasi Jokowi yang sederhana, luwes,  kerakyatan penulis kira akan banyak dihargai negara lain, tidak ribet dengan segala prosedur dan cara berfikir yang pragmatis. Walau di dalam negeri ada saja yang masih meng-underestimate Jokowi sebagai tokoh kerakyatan, tapi disitulah kekuatannya. Kita percaya, Tuhan  memberikan tokoh sederhana yang satu ini bagi bangsa Indonesia demi menuju cita-cita luhurnya. Selamat kepada Pak Jokowi dan Pak JK. Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Analis Intelijen, www.ramalanintelijen.net Artikel terkait : -Arab Dihancurkan dengan Operasi Intelijen, ISIS Hanya Bagian Kecil Operasi Five Eyes , http://ramalanintelijen.net/?p=8910 -ISIS Proyek Dari Mossad, CIA dan MI6?, http://ramalanintelijen.net/?p=8696 -Ancaman Perkembangan ISIS di Indonesia Sangat Serius, http://ramalanintelijen.net/?p=8679 -China Merupakan Ancaman Utama Australia, http://ramalanintelijen.net/?p=8075 -Sebelum Mampu Membuat Pedang, Indonesia Jangan Terlibat konflik AS-China di LCS, http://ramalanintelijen.net/?p=8004 -Konsep Strategis AS dan Kekaisaran Intelijen, http://ramalanintelijen.net/?p=7777 -Fokus Gelar Tempur Pasukan AS akan ke Asia, http://ramalanintelijen.net/?p=4819 -Potensi Konflik Militer di Laut China Selatan dan Semenanjung Korea,  http://ramalanintelijen.net/?p=7564 -Kemampuan Militer Jepang Akan Ditingkatkan, http://ramalanintelijen.net/?p=7143 -China menerapkan Zona pertahanan baru di Laut China Timur  http://ramalanintelijen.net/?p=7735 -Perseteruan AS dan China di Laut China Selatan, http://ramalanintelijen.net/?p=4336

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun