Di Jateng-DIY: Anies Baswedan 7,5%; Ganjar Pranowo 64,0%; Prabowo Subianto 26,3%; Tidak tahu 2,1%
Di Jawa Tengah: Anies Baswedan 8,3%; Ganjar Pranowo 63,2%; Prabowo Subianto 26,1%; Tidak tahu 2,4%
Di Jawa Timur: Anies Baswedan 12,9%; Ganjar Pranowo 44,5%: Prabowo Subianto 35,8%; Tidak tahu 6,9%
Penulis mencoba menganalisis pilpres Indonesia 2024 dari perspektif Intelijen Strategis (Intelstrat). Komponen intelstrat terdiri dari 9, yaitu Ipoleksosbud, biografi, demografi, sejarah, dan militer pertahanan. Dasar pemikiran Jokowi yang terlihat pro ke Capres Prabowo jelas berdasarkan komponen tersebut.
Jokowi mampu diyakinkan dan meyakini bahwa paslon Prabowo-Gibran akan berjalan sesuai dengan keinginannya. Perannya sebagai king maker jelas terlihat dari proses terbentuknya koalisi Indonesia Maju serta sang anak menjadi cawapres. Risiko kontra jelas sudah diperhitungkan dan menjadi pertimbangan khusus. Mengapa Prabowo?
Dari sambutannya pada Rapimnas Solidaritas Ulama Muda, Jokowi mengatakan ke depan dibutuhkan pemimpin yang memiliki keberanian, dibutuhkan pemimpin yang bernyali, memiliki nyali yang tinggi, dibutuhkan pemimpin yang berani mengambil risiko karena yang dihadapi ke depan akan makin kompleks. Sosok yang dikatakannya itu bila melihat track record dua capres, jelas lebih condong ke Prabowo dibandingkan Ganjar.
Prabowo mantan Jenderal, Kopassus, punya pengalaman perang dan pernah sekolah Green Berret di AS serta sekolah anti teror di Jerman. Berani mengambil keputusan sejak muda walau menyerempet kontroversi.
Sebenarnya apa masalah krusial Indonesia masa depan? Pertama jelas masalah perekonomian, yang mana di dunia sedang terjadi persaingan hidup, manusia bertambah, cadangan pangan menipis, ambisi negara-negara besar untuk menguasai Indonesia makin kuat.
Perekonomian kita sedang sulit, utang terus bertambah, kebijakan Jokowi dalam kerjasama dengan RRT yang bisa dipermasalahkan saat mendatang, kebijakan hilirisasi dan tidak mengijinkan ekspor bahan mentah dimusuhi negara di Eropa.
Juga perkembangan gepolitik kawasan yang kurang baik, keinginan keras AS agar Indonesia pendulumnya bergeser ke AS, disamping kemungkinan besar AS dan koalisinya akan butuh clearance udara dan penggunaan pangkalan udara militer Indonesia sebagai transit atau pangkalan aju bila pecah konflik militer skala kecil dan sedang dengan RRT.