Sepertinya saat ini kelompok radikal teror hanya butuh kawan untuk menjebol pintu gerbang politik yang selama ini dikuasai kelompok nasionalis serta Muslim moderat.Â
Hal ini yang perlu diketahui apabila sudah berhasil masuk pasti radikal teror yang mau menguasai dan memegang kendali perjuangan.Â
Pengamat terorisme, Sidney Jones menyebutkan, mengacu demo pada 4 November 2016 terbukti pelaku tidak murni dilakukan Front Pembela Islam (FPI) dan sejumlah organisasi Islam dari berbagai daerah. Termonitor banyak unsur, ada juga seperti unsur ekstrim radikal teror yang menyusup.
Nah, Jumat (4/11) ini kelompok masyarakat mengatas namakan Gerakan Nasional Pembela Rakyat (GNPR) berencana menggelar unjuk rasa bertajuk "Aksi 411" di kawasan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Jumat (4/11/2022).Â
Diketahui, Persaudaraan Alumni (PA) 212 menjadi salah satu dari sejumlah Ormas Islam yang tergabung dalam kelompok GNPR.
Ketua PA 212 Slamet Maarif menjelaskan, aksi yang menurut rencana akan digelar secara damai itu bakal membawa sejumlah tuntutan. Salah satunya adalah mendesak Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) untuk mundur dari jabatannya.
Apakah konsep tertutup seperti ini difahami dan sudah diwaspadai bersama? Konsep Khilafah radikal teror kini berpeluang muncul dan akan terus menggaungkan dan menyuarakan mengganti ideologi Pancasila, terlebih bila radikal teror yang memenangi persaingan.
Kelompok tersebut saat ini menggunakan momentum dalam mendukung salah satu capres 2024 dan mulai melakukan PUS (Perang Urat Syaraf) serta menyebarkan kaidah-kaidah agama Islam untuk memengaruhi konstituen atau masyarakat luas yang low educated.
Pertanyaanya, siapkah kita? Bila hal ini terjadi, bukan tidak mungkin konflik semacam Suriah bisa saja terjadi di sini.Â
Waspadai fanatisme sempit yang akan dimainkan. Serta pola-pola political pressure, psywar serta PUS (propaganda plus kegiatan) dan juga bukan tidak mungkin menuju pilpres 2024 akan dimunculkan aksi "riot" (kerusuhan) dan teror. Mari berpikir dan memahami info dan prediksi ini. Pray Old Soldier.
Penulis: Marsda (Pur) Prayitno W. Ramelan, Pengamat Intelijen