Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

CIA Buka Dokumen Al Qaeda, Kini Terkait Dinamika Pilpres 2024

4 November 2022   14:39 Diperbarui: 4 November 2022   14:41 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kantor berita Associated Press sebelumnya mengutip seorang pejabat intelijen AS mengatakan bahwa rumah tempat al-Zawahiri tinggal di daerah Sherpur Kabul dimana dia berada selama serangan itu. Runah itu dimiliki oleh seorang pembantu utama pemimpin senior Taliban, Sirajuddin Haqqani.

Sementara Hamzah menyerukan agar perang melawan AS dan sekutunya harus diteruskan. Ia juga menyatakan perang itu harus dilakukan dari Kabul, Baghdad, Gaza hingga Washington, London, Paris dan Tel Aviv.

Analisis

Al-Qaeda yakin bahwa ISIS akan hancur pada 2017, terutama menghadapi aray kekuatan yang begitu kompleks, dari AS, Rusia, Inggris dan lainnya, terbukti benar, dan para pejuang dari banyak negara kembali ke negara masing-masing. 

Sementara di Indonesia menurut penulis, jaringan ISIS yang kembali dari Suriah dan Irak terutama yang melalui jalur ilegal tetap harus diwaspadai dan dimonitor karena mereka bebahaya dan tetap siap mati. (berjihad)

Yang perlu diketahui pada Pemilu dan Pilpres 2019, terbaca ada yang mencoba memanfaatkan koalisi politik, mereka kelompok radikal teror dengan radikal ideolog berusaha menjadi satu kekuatan dalam memenangkan pesta demokrasi 2019. Mereka kecewa dan tersingkir setelah Prabowo bergabung dengan kabinet Presiden Jokowi.

Selain itu Pilkada DKI tahun 2017 adalah studi kasus infiltrasi yang diuji coba dan diterapkan. Semua ulah diberikan kode khusus berupa angka tanggal bulan agar mudah diingat. 

Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, pasangan petahana yang maju menjadi calon gubernur dan wakil gubernur saat itu melawan pasangan cagub dari Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, hadir sebagai penantang dan kemudian menang. 

Nah, kini Anies Baswedan yang diusung Partai NasDem menjadi capres ideal versi oposan yang mereka dukung dengan memanfaatkan jargon-jargon Islam

Petinggi radikal teror dari kubu Al- Qaeda di Indonesia kini tidak mengharamkan lagi kader serta simpatisannya berjuang di politik dan menggeser strateginya berbeda dengan ISIS ikut pemilu dengan tujuan berkiprah di jalur legislatif. Ini indikator kuatnya.

Namun akhirnya setelah tujuan bersama tercapai mereka tetap akan berkuasa atau melakukan kudeta untuk membentuk Khilafah versi masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun