Lima tahun yang lalu pada hari Jumat (3/11/2017) penulis memosting short article di Medsos tentang CIA yang membuka dokumen Al Qaeda, sebagai hasil operasi penyergapan Osama bin Laden di Pakistan.Â
Pemimpin Al Qaeda yang terkenal berusia 54 tahun itu tokoh jaringan teroris ekstremis Islam, tewas setelah menjadi target perburuan internasional selama hampir satu dekade.
Media Reuters pada hari Kamis (2/11/2017) memberitakan bahwa pemerintah AS telah merilis dokumen kedua yang ditemukan pasukan khusus AS, Navy SEALs saat melakukan penyergapan terhadap pimpinan Al-Qaeda, Osama bin-Laden di Abottabat, Pakistan, pada 1 Mei 2011 pagi hari.
Direktur CIA Mike Pompeo menyebut dalam rilis terkait dokumen Al-Qaeda ini diyakini akan membantu rakyat AS dan masyarakat dunia untuk mendapatkan gambaran soal rencana dan cara kerja Al-Qaeda.
Dari 115 dokumen yang dirilis di antaranya yang menarik penulis dari sudut pandang intelijen adalah perseteruan Al- Qaeda dengan ISIS serta perubahan strategi masa depan Al Qaeda. Osama pada dokumen tersebut menyatakan tidak setuju dengan aksi ISIS.
Dia menentang metode pemenggalan dan tindakan brutal lainnya yang dilakukan kelompok ISIS di Irak. "Kita tidak boleh kewalahan dengan perang, suasananya, kondisinya, kebencian, dan pembalasan dendam yang mungkin membuat kita salah jalan", tulisnya.
Osama juga menentang tekad ISIS yang tergesa-gesa mendeklarasikan ke-Khalifahan, yang dia yakini tidak punya dukungan kuat dan akan memunculkan tantangan soal tata kelola yang tidak bisa dipenuhi kelompok itu.
Setelah Osama tewas, Al-Qaeda dipimpin oleh Ayman al-Zawahiri dan anak Osama bin Laden, Hamzah bin-Laden (28).
Zawahiri saat itu dekat dengan kelompok Taliban Pakistan, kepalanya dihargai pemerintah AS dengan imbalan hadiah $25 juta (Rp371 miliar).Â
Presiden AS Joe Biden mengatakan, Al Zawahiri tewas dalam serangan pesawat drone AS yang dilakukan pada Minggu (31/7/2022) di Ibu Kota Afghanistan, Kabul.Â